GODS GUARANTEE



 

GOD'S GUARANTEE

 

Oleh : Nur Alam

 

Ada jaminan dari Allah (God’s guarantee) untuk duniamu. Tapi belum tentu untuk akhiratmu. Terus beribadahlah kepada-Nya sampai ajal menjemput.

                    

Jaminan dari Allah tersebut seperti disebutkan, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rejekinya” (QS. 11:6).

 

Hampir setiap kita suka dengan urusan jangka pendek. Seperti suka mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, agar di hari tua dapat menikmati hasilnya. Alih-alih menikmati hasil, semua yang mereka kumpulkan berakhir dengan sia-sia.

 

Ali bin Abi Thalib pernah berwasiat, “Kuasailah dunia, tapi jangan cintai dia.”  Umat Islam wajib menguasai dunia dengan semua tingkat kemajuannya, tapi jangan penah jadikan dia mengalangi kita untuk mengingat Allah (QS. 63:9).

 

Islam tidak pernah melarang umatnya untuk mencintai dunia dan mencari harta. Tetapi, karena terlalu mencintai dunia dan menumpuk-numpuk harta cenderung melupakan manusia dari mengingat Allah dan sangat berat hisabnya nanti di akhirat.

 

Seseorang pernah bertanya kepada Hasan Al-Bashri, “Apa rahasianya sampai engkau bisa hidup zuhud dari dunia?” Beliau menjawab, “Aku tahu rejekiku tidak akan diambil orang, maka aku tenang. Aku tahu bahwa amalku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku sibuk mengerjakan sendiri. Aku tahu bahwa Allah selalu melihatku, maka aku malu berbuat maksiat. Dan aku tahu bahwa kematian menantiku, maka aku siapkan bekal untuk menghadap Rabb-ku.”

 

Ada sebuah pelajaran dari seorang pengusaha kaya raya, di Jawa Timur. Karena sibuk mengumpulkan harta, ia lupa keluarga, waktu dan beramal.  “Saya jungkir balik dan banting tulang, ini semua agar kami bisa menikmatinya di hari tua,” begitu katanya.

 

Belum sempat menikmati hasil banting tulangnya, ia dipanggil Allah dalam usia 55 tahun. Setahun kematiannya, sebelas anak-anaknya berebut urusan warisan sampai berujung ke pengadilan. Kisah ini banyak terjadi di sekitar kita. Ternyata uang, harta dan status sosial yang mereka kejar tidak bisa dinikmatinya.

 

Perkara dunia jangan pernah dipikirkan sampai stres. Uang atau harta tidak pernah akan mencukupi, yang bisa mencukupi itu karena rahmat Allah. Maka, ketika ada seseorang yang sudah diajak kepada kebaikan belum tergerak untuk berubah, penyebanya ada dua, yaitu perbuatan maksiat dan memandang dunia yang berlebihan.

 

Jangan pernah pula terbersit bagaimana dapat meraih dunia dengan apa cara apapun, akhirnya seluruh tubuh menjadi lelah, pikiran menjadi resah dan hati menjadi gundah, kemudian juga lupa dengan usia, kekuatan dan pikiran yang terbatas. Dan yang paling mengerikan lagi, ia lupa dengan cita-cita akhiratnya.

 

Sering manusia dibuat bingung dengan urusan dunianya. Usia sudah berkepala empat, lima, enam, belum juga punya rumah, hidup masih ngontrak, tidak punya mobil dan motor. Seharusnya kita bingung dengan diri kita, di usia senja begini belum bisa beribadah dengan baik dan benar. Nasihat Rasulullah SAW., “Kalau kamu tahu apa yang aku tahu, kamu pasti banyak menangis dan sedikit tertawa” (HR. Bukhari).

 

Dengan nasehat tersebut, maka menjadi tenang hati ini untuk urusan duniawi, dan menjadi resah hati ini untuk urusan ukhrawi. Karena ada pertanggungjawaban dari semua yang dilakukan di dunia. Tidak ada yang dapat menanggungnya, kecuali dirinya sendiri.

 

Sekali lagi, tenangkan hatimu tentang urusan duniamu, kerana Allah sudah menjamin rejekimu. Sebaliknya resahkanlah urusan akhiratmu, karena di akhirat ada  pertanggungjawabanmu di hadapan Allah pada pengadilan-Nya.

 

Salah satu cara untuk menenangkan hati di dunia dan meresahkan hati di akhirat, teruslah shalat walaupun sangat berat. Karena engkau bisa sujud saja adalah hal yang luar biasa. Coba renungkan sejenak, ketika tanganmu telah terlipat dan ruhmu telah diangkat, betapa sangat malu dan hinanya ketika bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak bersujud kepada-Nya.

 

Sebuah nasehat Ibnu Attha’illah, “Rehatkan dirimu dari mengurus urusan duniawi dengan susah payah, karena sesuatu yang telah diurus untukmu oleh selain dirimu (sudah diurus oleh Allah), tidak perlu engkau ikut mengurusnya”.

 

Simpulan

 

Jangan pernah menguras energi, tenaga, waktu dan pikiran untuk urusan duniawi yang Allah sudah berikan jaminan-Nya.

 

Tapi bersusah payahlah untuk urusan ukhrawi yang Allah belum pernah memberikan jaminan-Nya.

Fastabiqul khairat …..

 

Bagikan :