HAPPY ENDING



Bismillaah,

 

                      HAPPY ENDING

 

Banyak yang bilang, happy ending (Akhir yang bahagia) itu punya karier gemilang, sudah menikah, investasi ada di mana-mana, keluarga bahagia, dan semua impian tercapai.

 

Dengan pandangan tersebut, gaya hidup masyarakat seakan-akan harus mengikuti suatu tren untuk memenuhi kesenangan dunia semata. Begitulah happy ending yang mereka maksudkan dan dambakan saat ini.

  

Happy ending  seperti itu memang tidak terlalu salah. Tapi hati-hati, itu hanya sementara di dunia. Karena, ketika ajal sudah menjemput, semua aksesoris duniawi itu akan hilang dan lenyap, ditinggalakan.

 

Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW. bersabda, “Jenazah itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang, sementara amalnya akan tetap menemaninya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Hadits di atas menegaskan, bahwa hanya amal shalehnya yang akan menemani seseorang di dalam kuburnya. Bukan saudaranya dan bukan pula hartanya. Juga bukan pangkat, jabatan, status sosial, karirnya, investasinya, dan lain-lain.

 

Happy ending yang sebenar-sebenarnya adalah masuklah ke surga-Ku. Untuk masuk ke dalam surga Allah tidak perlu biaya mahal. Cukup mentaati semua syari’at Allah dan mengikuti sunnah-sunah Rasul-Nya, dijamin masuk ke dalam surga Allah. (QS. 89:30).

 

Berbeda untuk masuk ke neraka, diperlukan biaya mahal. Loket ke Neraka penuh sesak. Banyak manusia antri. Rebut-rebutan dan cakar-cakaran. Tiket ke neraka mahal. Harus merogoh kantong berjuta-juta. Memang maksiat itu mahal. Judi itu mahal. Zina itu mahal. Korupsi itu mahal. Dusta itu mahal. Menipu itu mahal.

 

Jalan masuk ke surga itu sepi, meski jalannya lebar, mulus, bersih dan tiketnya murah. Tapi mengapa sangat sedikit yang antri di loket ini. Untuk menjadi ahli surga itu murah. Shalat itu murah? Sedekah itu murah? Dzikir itu murah? Senyum itu murah ? Jujur itu murah ? Memang ternyata, nafsu dan setan telah memutar balikan semua pandangan kita, yang buruk terlihat indah, yang baik terlihat jelek.

 

Setiap Muslim harus menomor-satukan happy ending, dengan cita-cita tertingginya adalah menginjakkan kaki di surga. Hidup di dunia yang sementara ini sangat menentukan nasib kita di akhirat kelak. Dan nasib kita di akhirat, sangat ditentukan dengan akhir yang baik kita di dunia ini.

 

Tidak ada kamus hidup bagi seorang Muslim, “Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.” Kita tidak tahu kapan Allah akan mencabut nyawa kita dan bagaimana akhir kehidupan kita. Karena ending kehidupan kita adalah potret perjalanan hidup kita dan manusia akan diwafatkan sesuai kehidupannya.

 

Karenanya, seorang Muslim harus istiqamah dalam kebaikan, sehingga dia bisa wafat dalam keadaan baik atau disebut happy ending, akhir yang bahagia atau husnul khatimah. Rasulullah SAW., bersabda, “Sesungguhnya segala amalan tergantung pada akhir kesudahannya.” (HR. Bukhari).

 

Wafat dalam husnul khatimah adalah ketika seorang Muslim diberikan taufik sebelum kematiannya untuk menjauhi apa yang dilarang oleh Allah. Dia bertaubat atas dosa dan maksiat serta bersemangat melakukan ketaatan, akhirnya wafat dalam keadaan yang baik tersebut.

 

Langkah untuk meraih happy ending (husnul khatimah), dijelaskan berikut ini.

 

Pertama, Bertaqwa, dalam keadaan sendiri maupun bersama, serta berpegang teguh dengan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. (QS. 3:102).

 

Kedua, Istiqamah memohon kepada Allah SWT. agar mewafatkan dirinya dalam keimanan dan ketakwaan.

(QS. 12:101).

 

Ketiga Melazimkan dzikir kepada Allah SWT. Karena siapa saja yang senantiasa berzikir kepada Allah, maka seluruh amalnya akan ditutup dengannya dan akhir ucapannya di dunia adalah laa ilaha illallah. (HR. Abu Dawud). 

 

Keempat, Mujahadah (bersungguh-sungguh) dalam memperbaiki diri, agar diwafatkan Allah dalam kebaikan bukan dalam keburukan. (QS. 7:126).

 

Tentang happy ending ini, Ibnul Jauzi berkata, "Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu. Maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Karena tak lama lagi kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakanmu.“

 

Simpulan

 

Ketika hidup ini terasa lelah, bahkan sangat memberatkan. Tidak apa-apa lelah dan berat sekarang, asal buat Allah. Karena memang kita lagi berjuang, biar ending- nya tidak cuma happy dunia, tapi juga happy di akhirat.

Wallahul A’lam …

-------------------------------------------------------------------

Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan, Jum’at Penuh Berkah, 8 Sya’ban 1446 H./7 Februari 2025 M. Pukul 05.19 WIB.

 

Bagikan :