Bismillaah,
ME TIME AND FAMILY TIME
Di setiap akhir bulan Desember, ada liburan sekolah dan liburan akhir tahun Masehi. Dan hampir menjadi ‘tradisi’ setiap orang memanfaatkan kedua momen di atas.
Me time adalah waktu untuk diri sendiri tanpa ada yang mengganggu. Kegiatan yang dilakukan bisa beribadah, tadabbur ‘alam, membaca, olahraga, atau istirahat.
Sementara, Family time adalah waktu bersama keluarga untuk mempererat hubungan, meningkatkan komunikasi, dan menciptakan kebersamaan, seperti shalat berjamaah, makan bersama atau berlibur bersama.
Baik Me ti atau Family time, yang harus dinomorsatukan adalah Quality time (waktu yang berkualitas). Maksudnya, seberapa efektif dan efisien waktu berkualitas itu digunakan untuk diri sendiri dan bersama keluarga?.
Betapa penting makna Quality time, sampai ada quote bagus seperti ini,
“The greatest gift you can give someone is your time. Because when you dedicate your time, you are offering a part of your life that you will never get back.”
Dalam Al-Qur’an, karena betapa pentingnya waktu itu, Allah menjadikan waktu-waktu tersebut untuk bersumpah. Dan tidak kurang 10 ayat Al-Qur’an, Allah menyebut nama-nama untuk waktu. Salah satunya, “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”
(QS. 103:1-3).
Ada sebuah kisah nyata di Madinah, ketika Nabi mempersaudarakan antara Salman Al-Farisi (kaum Muhajirin) dengan Abu Darda’ (kaum Anshar). Suatu ketika Salman bertamu ke rumah Abu Darda’, dia melihat istri Abu Darda’ sedang mengenakan pakaian yang serba kusut tidak terurus.
Salman pun bertanya kepada istri Abu Darda’, “Mengapa keadaan kamu seperti itu?” Wanita itu menjawab, “Saudaramu Abu Darda’, sudah tidak mempunyai hajat lagi pada keduniaan.”
Kemudian Abu Darda’ membuatkan makanan untuk menjamu Salman, sambil berucap, kepada Salman, “Makanlah, karena saya sedang berpuasa,” ucapnya. Salman menjawab, “Saya tidak akan makan, sebelum engkau pun ikut makan.” Maka Abu Darda’ pun ikut makan.
Pada malam harinya, Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan shalat malam. Salman pun berkata padanya, “Tidurlah!.” Abu Darda’ pun tidur kembali. Ketika Abu Darda’ bangun kembali untuk mengerjakan shalat malam, Salman berkata lagi padanya, “Tidurlah!.” Hingga tiba di akhir malam, Salman berkata, “Bangunlah.” Lalu mereka shalat malam bersama-sama.
Setelah itu, Salman berkata kepada Abu Darda’, “Sesungguhnya bagi Rabb-mu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.“ Kemudian Abu Darda’ mendatangi Rasulullah, dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Rasulullah menjawab, “Salman itu benar.” (HR. Bukhari).
Apa kesimpulannya? Dari kisah di atas, betapa antara Me tim dan Family time, sama-sama penting. Tapi sejatinya, setiap orang tidak hanya butuh ber- quality time dengan sesama komunitasnya saja. Tapi, yang lebih bermakna lagi ketika terpenuhinya semua kebutuhan spiritual (ruhaniyah) kepada Rabb-nya.
Seperti shalat, menjadi media ber- quality time bersama Allah, lima waktu sehari semalam, dilanjutkan lagi dengan tilawah, tasmi’, do’a, dzikir, wirid, munajat dan seterusnya. (QS. 2:152 dan QS. 33:41).
Berikut ungkapan inspiratif para Salafus Shalih ketika memanfaatkan waktu berkualitas (quality time) mereka dalam hidup kesehariannya.
Abdullah bin Mas'ud, “Penyesalanku yang paling mendalam adalah saat matahari terbenam, yang berarti berkurang umurku, tapi amalku tidak bertambah.” Juga Mu’adz bin Jabal, “Penghuni surga tidak pernah menyesali apapun, selain waktu yang mereka lewatkan tanpa berdzikir kepada Allah.”
Imam Hasan Al-Bashri, “Sungguh saya telah berjumpa dengan beberapa kaum, mereka lebih bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu mereka daripada kesungguhan kalian untuk mendapatkan dinar dan dirham.”
Dan, Ibnul Qayyim, “Jangan seperti orang bodoh, begitu bergembira karena hartanya bertambah, padahal umurnya selalu berkurang. Tapi, Berbahagialah ketika bertambah ilmu dan amalmu. Karena keduanyalah yang akan mengantar dan menemanimu di alam kubur, saat kau ditinggalkan teman, keluarga dan hartamu.”
Allah sudah memberi kita waktu 24 jam sehari semalam, 168 jam sepekan, 672 jam sebulan dan 8064 jam dalam setahun. Sudahkan dimanfaatkan sesuai dengan syariat Allah?
Simpulan
Me time dan Family time membelajarkan kita untuk hidup seimbang. Ada hak untuk Rabb-mu, ada hak untuk dirimu, dan ada pula hak untuk keluargamu.
Wallahul Musta’an …
-------------------------------------------------------------------
Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan, Jum’at Penuh Berkah, 26 Jumadil Akhir 1446 H./27 Desember 2024 M. Pukul 04.55 WIB.