Bismillaah,
Berbuat baik kepada orang lain adalah perbuatan mulia. Dan akan menjadi tidak mulia, ketika kita menuntut orang lain membalas kebaikan itu.
Tidak perlu menuntut balasan kebaikan, Allah sudah menjanjikan dengan firman-Nya, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.” (QS. 9:105).
Demikian pula Aisyah RA. berkata, “Ketika engkau kagum dengan bagusnya amalan seseorang, maka katakanlah, Beramallah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.”
(HR. Bukhari).
Dari ayat dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas pokok dan fungsi kita adalah fokus saja beramal shaleh dan berbuat baik di jalan Allah tanpa mengharap imbalan, balasan, pujian, penilaian, penghargaan atau apresiasi apapun.
Mengapa kita tidak mengharap imbalan, balasan, pujian, penilaian, penghargaan atau apresiasi apapun?
Pertama, agar tidak kecewa. Kita akan kecewa dan hancur ketika berbuat baik karena mengharap balasan orang lain. Kedua, agar tidak mengganggu keikhlasan. Perbuatan baik yang tidak berlandaskan keikhlasan, tidak bernilai pahala sama sekali. Ketiga, enggan berbuat baik lagi. Ekspektasi mengharap balasan kebaikan orang lain yang tidak terbalas, berdampak enggan berbuat baik lagi.
Keempat, hidup penuh hitung-hitungan. Berbuat baik tidak membutuhkan perhitungan atau kalkulasi untuk menuntut balasan dari orang lain. Dan kelima, tidak butuh validasi. Berbuat baik saja, bukan ingin divalidasi untuk mengharap pujian orang lain.
Seperti ketika seseorang memilih jalan dakwah dalam hidupnya, maka dia harus siap untuk tidak diberi imbalan, balasan, pujian, penilaian, penghargaan atau apresiasi. Dia tidak boleh futur dari jalan dakwahnya. Karena berdakwah semata mencari ridha Allah. Jangan pernah ada beban, ketika umat menerima atau membenci dakwahnya.
Lagi-lagi Allah menjamin seperti firman-Nya, “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri.”
(QS. 41:33).
Siapapun yang melakukan suatu kebaikan, karena tidak pernah ada beban untuk mendapatkan imbalan, balasan, pujian, penilaian, penghargaan atau apresiasi, maka sesungguhnya dia sedang mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan apapun (Nothing to lose).
Karena nothing to lose, tidak ada yang membebaninya, maka inspirasi yang diperoleh setiap melakukan kebaikan adalah mendapat ketenangan, lebih bebas dalam melakukan, tidak takut gagal, berani mengambil resiko, lebih percaya diri mencoba hal baru, memandang semua hal lebih bermakna dan hidup dengan penuh keyakinan kepada Allah (QS. 29:69).
Karena nothing to lose, tidak akan ada sesuatu yang membebani dirinya dan menghambat langkahnya untuk maju, maka tidak apa-apa kalah, tidak terlalu penting mengejar ambisi, hanya fokus kepada berjuang tanpa merasa dibebani oleh target dan ekspektasi yang sulit dicapai.
Lantas apakah harus pasrah begitu saja tanpa usaha? Tidak, karena nothing to lose mengedepankan proses, melakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, untuk hasilnya, kita pasrahkan saja. Firman Allah, ”Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. 53:39).
Dalam kondisi nothing to lose, biasanya seseorang tidak memiliki apa-apa yang harus dirugikan ketika gagal. Hal ini yang membuat seseorang berani untuk melakukan suatu tindakan dan siap menghadapi resiko yang terjadi, meski tindakan tersebut kadang berujung dengan kegagalan.
Dalam aktivitas keseharian, nothing to lose dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi dan kondisi, seperti mendirikan shalat, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, mengajar, mendidik, menolong orang, mencari pekerjaan, berumah tangga, berinfaq, bersedekah, dan seterusnya.
Ketika seorang sahabat bertanya kepada Ibnu Mas’ud RA., tentang hidupnya yang penuh beban, jiwanya yang gelisah dan perasaannya yang kusut. Beliau menasehati sahabatnya untuk rajin membaca Al-Qur’an dan bangun shalat malam, seraya memohon diringankan dari segala beban hidupnya (nothing to lose).
Simpulan
Nothing to lose, membelajarkan kita untuk menjalani hidup dan kehidupan ini lebih tenang, tanpa beban, berani mengambil resiko, percaya diri dan selalu dekat Allah.
Wallahu A’lam …
------------------------------------------------------------------
Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan, Jum’at Penuh Berkah, 24 Rabi’ul Awwal 1446 H./27 September 2024 M. Pukul 05.15 WIB.