Bismillaah…,
STAY HUNGRY, STAY FOOLISH
Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA.
(Ketua Majelis Dikdasmen Yasma PB Soedirman)
Sepenggal maqalat di bawah ini sarat makna dan menjadi penyemangat hidup kita. Lagi-lagi hadir dari dunia pesantren, yang berbunyi “Tidaklah akan ada kelezatan (kenikmatan) melainkan setelah lelah berpayah-payah.”
Kita dalam hidup ini, tidak akan mendapatkan nikmatnya kesejukan, kecuali setelah merasakan panas. Tidak akan mendapatkan nikmatnya kehangatan, kecuali setelah merasakan dingin yang menusuk. Tidak akan merasakan nikmatnya makan, melainkan setelah terasa lapar selepas beraktivitas membanting tulang.
Juga, tidak akan merasakan lezatnya air putih, melainkan setelah merasakan kehausan setelah bekerja. Maka, semakin besar ikhtiar dan usaha kita, maka akan semakin terasa nikmat hasil yang kiat peroleh.
Dalam sebuah nasehatnya, Imam Syafi’i, pernah menyampaikan hal ini, “Berlelah-lelahlah, manisnya hidup baru terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air menjadi keruh karena diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang. Singa, jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak panah, jika tak tinggalkan busur tak akan kena sasaran. Biji emas bagaikan tanah sebelum digali dari tambang. Kayu gaharu tak ubahnya kayu biasa jika di dalam hutan.”
Perhatikan orang-orang yang sukses dalam hidupanya di sekitar kita.
Sukses yang mereka raih tidak gratis, apalagi kebetulan tanpa ikhtiar yang keras. Seperti, Atha' bin Rabah, ‘Ulama terbesar generasi Tabi'in. Dulunya adalah seorang budak berkulit hitam, lumpuh, berhidung pesek dan tidak dipandang manusia.
Dia bersabar dengan kondisinya selama 30 tahun tinggal di dalam Masjidil Haram sambil menuntut ilmu, menghafal Al-Qur'an, mendalami hadits dan fiqih. Dan setelah lelahnya, akhirnya menjadi seorang Mufti (ahli fatwa) dunia pada zamannya.
Begitu juga Imam Bukhari, penulis buku Shahih Bukhari, mencari hadits pagi, siang dan malam, tak kenal lelah datang ke berbagai negeri, dengan rasa haus dan lapar, hingga akhirnya menjadi seorang ahli hadits dunia. Karya besarnya dipelajari dan dijadikan pedoman kaum Muslimin seluruh dunia.
Judul di atas, Stay hungry, Stay foolish, artinya, “Tetaplah merasa lapar dan tetaplah merasa bodoh.” Maksud lapar dan bodoh di sini adalah jangan pernah merasa puas. Jangan merasa nyaman dengan keadaan yang ada saat ini. Jangan merasa minder jika mempunyai ide-ide brilian dan belum dimanfaatkan orang banyak
(QS. 3:139).
Karena, seseorang akan bekerja keras untuk memenuhi perutnya yang lapar, sama halnya seseorang akan berusaha menjadi cerdas, selama merasa dirinya bodoh, sehingga ia terus belajar. Sebaliknya, seseorang akan mulai bodoh ketika merasa dirinya sudah pintar dan berilmu, dan ini yang menyebabkan ia berhenti belajar.
Maka, siapa saja yang merasa kelelahan bekerja di jalan Allah, akan diampuni dosa-dosanya sepanjang hari. Rasulullah SAW. berpesan, “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya kerja kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah” (HR. Ahmad).
Simpulan
Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan. Kenikmatan yang diperoleh tak akan pernah mengkhianati lelah yang telah dirasakan.
Percayalah, semua rasa lelah demi menapaki jalan untuk tidak lapar dan bodoh, pasti akan mendatangkan hasil yang begitu nikmat untuk dirasakan sesudahnya.
Jika belum yakin, perlu memperbaiki lagi rasa sabar, syukur, qana’ah dan mempertajam kembali rasa percaya (tauhid) kita kepada Allah.
والله اعلم بالصواب وفاستبقواالخيرات…
----------------------------------------------------------
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 21 Muharram 1444 H./19 Agustus 2022 M., Pukul 05.15 WIB.