DAY OF REGRET
Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan
Bismillaah,
Hari penyesalan (Day of regret) disebut dalam Al-Qur’an sebagai Yaumul hasrah. Itulah hari penyesalan terbesar manusia ketimbang penyesalannya di dunia.
Mengapa hari itu disebut dengan penyesalan terbesar? Karena, di akhirat bukanlah tempat beramal, melainkan tempat memetik hasil sesuai dengan apa yang sudah dikerjakan selama di dunia dahulu.
Yaumul hasrah menjadi penyesalan terbesar yang mengantarkan pada kesedihan mendalam, kata Ibnu ‘Asyur. Allah menegaskan, “Dan berilah mereka peringatan tentang Yaumul Hasrah, (yaitu) ketika segala perkara telah diputuskan. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.”
(QS. 19:39).
Sedangkan penyesalan di dunia, seperti karena tidak mau belajar sungguh-sungguh semasa kecil, menyesali kebodohannya saat ini. Karena tidak mau bekerja keras semasa muda, menyesali kemiskinannya saat ini. Dan karena berhura-hura di masa dewasa, menyesali sisa-sisa hari tuanya saat ini.
Kisah seorang sahabat yang rajin shalat berjamaah di masjid Nabawi. Isteri sahabat tersebut menceritakan ucapan akhir kematian suaminya kepada Rasulullah, demikan ucapannya, “Aduh, kenapa tidak lebih jauh?. Aduh, kenapa tidak lebih baru?. Aduh, kenapa tidak lebih banyak?”. Rasulullah pun menjelaskan ketiga ucapan tersebut.
Pertama, ucapan tersebut merupakan bentuk penyesalannya, mengapa rumahnya tidak lebih jauh dari masjid, sehingga berpahala jauh lebih besar lagi (QS. 9:18).
Kedua, ucapan tersebut merupakan bentuk penyesalannya, mengapa sedekahnya tidak dengan baju baru, sehingga lebih membahagiakan orang yang menerima (QS. 34:39).
Ketiga, ucapan tersebut merupakan bentuk penyesalannya, mengapa infaqnya tidak dalam jumlah yang lebih banyak lagi, sehingga banyak menolong orang lain (QS. 63:10).
Menurut Ibnul Jauzi, mengapa para sahabat Rasulullah menjadi orang-orang yang tidak menyesal di akhirat? Karena mereka memiliki dua bekal, pertama, kebersihan hati mereka dari ragam keraguan. Dan kedua, pengorbanan mereka untuk jihad dan kesungguhan dalam beramal.
Mereka bukan manusia yang tak punya keinginan dunia. Mereka juga manusia yang memiliki hasrat, ambisi dan keinginan. “Jiwaku memiliki sifat yang tidak pernah puas. Ketika aku memperoleh sesuatu, maka aku ingin sesuatu yang lebih baik lagi darinya. Dan ketika tidak ada lagi sesuatu yang lebih baik dari yang aku inginkan, jiwaku menginginkan akhirat,” demikian ucap Umar bin Abdul Aziz.
Ketika nafas sudah terhenti, keindahan dunia sudah tak berarti, angan-angan dunia sudah terlewati, kecantikan dan kegantengan sudah basi, harta yang berlimpah sudah tak bergengsi dan jabatan sudah tak laku lagi. Pada hari itu sudah tidak ada penyesalan lagi. Dan seburuk-buruk penyesalan adalah ketika sudah datang hari kiamat (QS. 6:31).
Mengapa demikian? Minimal ada enam penyebab buruknya penyesalan mereka pada hari kiamat. Pertama, sibuk dengan nikmat yang banyak, lupa mensyukurinya. Kedua, rajin menuntut ilmu, malas mengamalkannya. Ketiga, gemar melakukan dosa, sering menunda-nunda taubatnya.
Keempat, banyak berteman dengan orang shalih, enggan meneladani apa yang mereka lakukan. Kelima, dunia akan mereka tinggalkan, mereka lebih kuat mengejar dunia. Dan keenam, akhirat pasti akan mereka datangi, mereka justru berpaling dari akhirat.
Itulah realitas dari ambisi keduniaan yang ada dalam benak banyak orang. Mungkin termasuk kita. Namun, hanya dengan kuatnya iman, akan mampu mengendalikan ambisi keduniaan agar tidak berlebihan, merusak bahkan menyesal di kemudian hari.
Memang, sesuatu yang ‘berlebihan’ pasti membawa penyesalan. Sebuah nasihat dari orang bijak berikut ini, “Seseorang yang meninggalkan berlebihan dalam bicara, ia akan memperoleh hikmah. Seseorang yang meninggalkan berlebihan dalam pandangan, ia akan memperoleh kekhusyu’an. Seseorang yang meninggalkan berlebihan dalam makanan dan minuman, ia akan memperoleh kelezatan beribadah."
Lanjutnya, "Seseorang yang meninggalkan berlebihan dalam tertawa, ia akan memperoleh kewibawaan. Seseorang yang meninggalkan berlebihan dalam cinta dunia, ia akan memperoleh cinta akhirat. Dan seseorang yang meninggalkan berlebihan sibuk dengan urusan aib orang lain, ia akan sibuk memperbaiki dirinya sendiri.”
Maka sejak ‘aqil baligh, sudahkah kita menyesali kemaksiatan, perbuatan keji dan dosa yang pernah kita lakukan, meski seujung kuku? Ingat, Allah Maha Adil dan setiap kita akan melihat akibat dari apa yang kita pernah lakukan di dunia (QS. 51:7-8).
Simpulan
Sampai detik ini, Allah belum menutup hari penyesalan terbesar itu. Masihkah hati ini menyesali dan bertekad untuk memperbaiki diri sebelum hari itu tiba.
Fastabiqul khairaat ….
----------------------------------------------------------------
Jum’at Penuh Berkah, 4 Shafar 1446 H./9 Agustus 2024 M. Pukul 05.25 WIB.