HAPPY FASTING RAMADHAN
HAPPY FASTING RAMADHAN
Oleh : Nur Alam
Tinggal tiga hari lagi, tepatnya 11 Maret 2024, kita akan mulai berpuasa tahun ini. Al-Faqir mengucapkan tahni’ah, Selamat Berpuasa Ramadhan (Happy Fasting Ramadhan).
Puasa Ramadhan disyariatkan Allah pada tahun kedua setelah Rasulullah bersama sahabatnya hijrah ke Madinah. Tidak kurang, 9 kali beliau membersamai sahabatnya berpuasa sampai wafatnya di Madinah.
Kewajiban berpuasa Ramadhan sesuai firman Allah, "Wahai orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaiman telah diwajibkan kepada umat sebelummu agar kamu bertaqwa” (QS. 2:183). Juga firman-Nya, "Siapa di antara kalian yang menyaksikan bulan (Ramadhan), maka berpuasalah" (QS. 2:185).
Puasa (shaum) Ramadhan menjadi ibadah yang paling istimewa dibanding ibadah shalat, zakat, haji dan lainnya. Keistimewaannya seperti terdapat dalam hadits qudsi, “Dia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena Aku. Amalan puasanya untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan memberi pahalanya” (HR. Bukhari).
Perkara shaum Ramadhan seperti tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 183-186, akan dijelaskan sebagai berikut :
Pertama Allah hanya memanggil orang-orang yang beriman. Ini adalah panggilan istimewa (exclusive invitation), yang menunjukkan kecintaan yang memanggil (Allah), dan seharusnya yang dipanggil (orang-orang beriman) menyambutnya dengan suka cita.
Mengapa panggilan istimewa ini hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman? Karena dengan berpuasa, manusia melakukan ibadah privat dengan Allah di mana tidak ada seorangpun yang mengetahui selain diri sendiri dan Allah. Orang-orang beriman yang sedang berpuasa selalu merasa diawasi Allah.
Kedua, Allah menggunakan kata kerja pasif ‘kutiba’ (diwajibkan) sebanyak dua kali, bukan kata kerja aktif. Hal ini menyiratkan pesan yang penting bahwa perintah untuk berpuasa berasal dari otoritas zat yang paling tinggi, yaitu Allah. Dan ini bukan sekadar anjuran, ajakan atau seruan, tapi merupakan kewajiban yang telah ditetapkan Allah.
Ketiga, puasa tidak hanya diwajibkan bagi umat Islam saat ini saja, tapi juga telah diwajibkan bagi umat-umat sebelumnya. Puasa telah diwajibkan kepada umat Mesir Kuno, Hindu, Budha, Yahudi dan Nasrani. Hal ini menunjukkan bahwa kewajiban puasa bukan perintah baru dan mempunyai tujuan yang mulia yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu untuk menyiapkan bekal taqwa. Sebuah bekal yang terbaik dibanding bekal-bekal lainnya.
Keempat, kewajiban berpuasa selama bulan Ramadhan (beberapa hari yang ditentukan) tidak pernah memberatkan pelakunya. Bagi orang yang sakit atau dalam perjalanan, boleh tidak berpuasa, tapi wajib baginya mengganti sebanyak hari yang ditinggalkan. Juga bagi orang yang lanjut usia boleh tidak berpuasa, tapi wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi ketika mereka tetap berpuasa itu yang terbaik, karena mereka tahu banyak kebaikan di dalamnya.
Kelima, Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil), diturunkan di bulan Ramadhan. Dengan diturunkan Al-Qur’an, ini menjadi hidayah Allah yang terbesar bagi manusia, khususnya orang-orang beriman.
Keenam, setelah kita menyempurnakan jumlah hari-hari berpuasa (29 atau 30 hari), di penghujung bulan Ramadhan kita besarkan nama Allah dengan mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah yang banyak.
Ketujuh, hari-hari dan malam-malam Ramadhan menjadi waktu dan tempat yang sangat mustajabah untuk kita berdo’a. Dan Allah menyatakan diri-Nya sangat dekat dengan hamba-hamba-Nya yang berpuasa dan akan mengabulkan semua do’a-do’anya.
Selanjutnya, minimal ada 3 bekal untuk mewujudkan perkara puasa di atas, yaitu :
Pertama, Bekal Ilmu
Orang yang akan berpuasa harus punya bekal ilmu, seperti bagaimana syarat dan rukunnya, hal-hal yang membatalkannya, amalan-amalan yang terbaik selama berpuasa. Pesan Umar bin Abdul Aziz, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa punya ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih besar daripada manfaatnya.”
Kedua, Bekal Istighfar
Sebelas bulan berlalu sudah banyak dosa dan maksiat yang kita kerjakan, maka sebelum berpuasa kita harus banyak memohon ampunan Allah. Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, di meja-meja makan, di jalan-jalan, di pasar-pasar, di kantor-kantor dan di manapun kita berada, karena kita tidak pernah tahu kapan ampunan itu akan turun.
Ketiga, Bekal Kemudahan
Selama berpuasa, perbanyaklah bekal mohon kemudahan dari Allah. Mohon dimudahkan untuk mendapat rejeki yang halal, thoyyib_dan _barakah, shalat 5 waktu, shalat tarawih dan sunnah lainnya, qiyamul lain, tadarus Al-Qur’an, menuntut ilmu, bershadaqah, memberikan ta’jil, bershilaturahmi, berbagi kepada sesama, dst.
Simpulan
Dengan tiga bekal minimal di atas, kualitas puasa kita tahun ini harus lebih baik dari sebelumnya dan mampu mentransformasikan nilai-nilai taqwa untuk hidup yang lebih bermakna dan berkemajuan.
Fastabiqul khairat …..
----------------------------------------------------------------
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 27 Sya’ban 1445 H./8 Maret 2024 M. Pukul 05.19 WIB.