LEARNING TO LIVE TOGETHER
Bismillah,
LEARNING TO LIVE TOGETHER
Oleh : Nur Alam
Belajar untuk hidup bersama (Learning to live together) menjadi ciri bahwa kita mahluk sosial yang saling membutuhkan dan melengkapi, dengan keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Karena manusia adalah makhluk sosial, homo socius, maka keberadaannya di dunia ini tidak luput dari kebersamaannya dengan masyarakat. Konsekuensi logisnya, saling membutuhkan dan melengkapi di antara mereka adalah sebuah keniscayaan.
Lebih tegas lagi Allah pesankan dalam Al-Qur’an, bahwa tujuan diciptakan manusia baik laki-laki maupun perempuan untuk saling kenal mengenal (ta’aruf). Tidak ada yang
paling mulia dalam pandangan Allah, kecuali manusia yang paling bertaqwa di sisi-Nya (QS. 49:13).
Di Madinah, Rasulullah SAW. sudah mempraktikkan ayat tersebut hidup bersama kaum Yahudi, Israil, Kristen, Bani Qainuqa’, Bani Nadir dan Bani Quraidzah. Hidup bersama Rasulullah, mereka saling memahami yang lain (to discover others), mengapresiasi keragaman suku (to appreciate the diversity of the human race), menerima pendapat dan menghadapi orang lain melalui dialog (to be receptive to others and to encounter through dialogue), saling peduli dan berbagi (to care and share) dan mengelola dan menyelesaikan konflik (to manage and resolve conflicts).
Di sisi lain, United Nations Educational, Scietific and Cultural Oraganization (UNESCO) tahun 1996 telah mencanangkan 4 pilar pendidikan, yaitu learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk berprestasi), learning to be (belajar untuk berkembang utuh) dan learning to live together (belajar untuk hidup bersama). Keempat pilar pendidikan tersebut telah menggabungkan 3 kecerdasan : IQ, EQ dan SQ.
Pertama, Belajar untuk Mengetahui
Belajar untuk mencari tahu, yaitu penguasaan yang dalam dan luas tentang bidang ilmu tertentu. Secara implisit bermakna belajar sepanjang hayat (life long of education) dan belajar bagaimana caranya untuk belajar (learning how to learn).
Kedua, Belajar untuk Berprestasi
Memiliki keterampilan tertentu atau mampu mengaplikasikan ilmu tertentu, bekerja sama dalam tim dan belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi untuk meraih prestasi, baik dengan hard skills maupun soft skills.
Ketiga, Belajar untuk Berkembang Utuh
Belajar untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab. Belajar berperilaku sesuai dengan aturan dan kaidah yang berlaku di masyarakat serta belajar untuk proses pencapaian aktualisasi diri sehingga dapat berkembang secara utuh.
Keempa Belajar untuk Hidup Bersama
Manusia tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Harus memiliki keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang lain. Untuk itu, harus mau belajar memahami, terbuka dan mampu menempatkan diri sesuai kapasitasnya di masyarakat.
Dari 4 pilar di atas, maka Learning to live together menjadi isu terkini di dunia pendidikan. Hal ini ditengarai karena hidup hari ini penuh dengan tindak perusakan. Seperti fenomena perang, tawuran antar kampung, teror, begal, tenaga kerja Asing, penipuan, dusta, narkoba, korupsi, pinjol, rentenir, debt collector. dll. Apa masih pantas manusia-manusia seperti itu digolongkan sebagai makhluk sosial? (QS. 30:41).
Ketika tindak perusakan di atas tidak dihentikan, maka tunggulah azab Allah akan datang sebagaimana Allah telah datangkan azab-Nya yang pedih kepada umat-umat terdahulu. Seperti kaum Nabi Nuh (QS.29:14), kaum Nabi Hud (QS. 54:18), kaum Nabi Shaleh (QS. 11:68), kaum Nabi Luth (QS. 27:54), kaum Nabi Syu’aib (QS. 20:40), Fir’aun dan pendukungnya (QS. 2:50), Ashabus Sabt (QS. 7:163), Ashabu Rass (QS. 25:38), Ashabul Ukhdud (QS. 85:4-9), Ashabul Qaryah (QS. 10:13), Kaum Tubba’ (QS. 44:37), kaum Saba’ (QS. 34:15-19),
Dalam konteks bulan Muharram 1445 H. hari ini, maka hijrah adalah jawaban tuntas dari tindak perusakan di atas, “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” (QS. 9:20).
Pesan penting hijrah menurut Imam Nawawi, adalah meninggalkan semua larangan Allah. Hijrah dalam pengertian inilah yang berlaku hingga hari kiamat. Orang yang berhijrah karena Allah, akan mendapatkan garansi hidup dari Allah. Di dunia akan dikaruniai keluasan rezeki, di akhirat akan meraih pahala yang melimpah.
Maka, spirit hijrah hari ini adalah tidak ada hijrah tanpa iman, tidak ada hijrah tanpa perjuangan, tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan dan tidak ada kesuksesan tanpa hijrah. Hijrah menjadi sebuah keniscayaan bagi hidup seorang Muslim.
Simpulan
Keempat pilar di atas membekali kita untuk mampu mengeksplorasi semua potensi yang kita miliki menjadi sebuah prestasi bermakna untuk belajar hidup bersama di masyarakat.
Belajar untuk hidup bersama di masyarakat dapat diwujudkan dengan menjauhi semua tindak perusakan di bumi Allah ini. Maka, hijrah menjadi solusi terbaiknya, dengan meninggalkan semua larangan Allah.
Wallahul musta’an …
------------------------------------------------------------------
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 4 Muharram 1444 H./21 Juli 2023 M. Pukul 05.33 WIB.