MENTAL REVOLUTION
Oleh : Nur Alam
Jargon Revolusi Mental (Mental Revolution) yang digagas oleh Presiden Jokowi pada tahun 2014, hampir lenyap dalam kamus politik Indonesia.
Alih-alih revolusi mental untuk merubah perilaku koruptif menjadi perilaku masyarakat yang lebih bersih, yang terjadi saat ini justru korupsi, kolusi dan nepotisme kian menggila di semua level instansi pemerintahan dan swasta kita.
Perilaku koruptif di Indonesia akhir-akhir ini sudah menjadi budaya yang ‘yang terhormat’. Seperti yang terkini, korupsi menteri paling gila, karena urusan keluarganya semuanya dibiayai negara. Juga bancakan korupsi tambang timah 271 T di Bangka Belitung.
Cerita soal penggunaan dana negara untuk “bancakan” sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Banyak sekali cerita dana haram itu dipakai untuk kepentingan pribadi, keluarga atau membiyai partai politik. Dampak buruknya, lebih banyak menyengsarakan daripada mensejahterakan rakyat (QS. 30:41).
Perlukah di setiap kantor pemerintahan, sekolah, perguruan tinggi, masjid, gereja, terminal, pasar dan di pelosok negeri ini dipasang foto-foto para koruptor dengan baliho-baliho besar, agar mereka dikenang sebagai ‘pengkhianat’ konstitusi dan bangsa ini? Jawabannya, bukan ini akar masalah yang sesungguhnya.
Sejujurnya, ini hanya fenomena gunung es saja, karena yang tak tersentuh hukum jauh lebih banyak daripada yang dipublikasikan. Ingat ucapan Bung Hatta, “Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki.”
Jadi hari ini, bangsa kita sangat darurat membutuhkan sosok tokoh pempimpin yang punya sikap jujur (integrity attitude) dalam pikiran, ucapan dan tindakannnya. Berikut ini tiga penyebab hancurnya pemimpin dan bangsa ini.
Pertama, gaya hidup bermewah-mewahan. Kemewahan berperan besar dalam meruntuhkan sebuah bangsa. Apalagi yang memiliki gaya hidup bermewah-mewahan itu adalah para penguasa, penegak hukum, pengambil kebijakan, tokoh agama, dan pemimpin dari berbagai lapisan masyarakat.
Menurut Buya Hamka, karena mereka adalah orang-orang yang punya kesempatan luas untuk mendapatkan berbagai fasilitas jabatannya. Rasulullah bersabda, “Setiap umat memiliki fitnah dan ujian, dan fitnah terbesar bagi umatku adalah harta dunia.”
(HR. Muslim).
Kedua, karena kezhaliman merajarela. Akibat dari gaya hidup mewah, maka terjadi kezaliman di mana-mana. Para penguasa berlaku tiran, tindakannya hanya untuk membela kepentingan pribadi dan kelompoknya. Maka, kehancuran negeri ini akan segera terwujud ketika kezhaliman dikedepankan dan keadilan disingkirkan.
Rasulullah SAW. mengingatkan kita, bahwa kekuasan itu akan kekal bersama orang kafir ketika dilakukan dengan penuh keadilan, dan kekuasan itu akan hancur bersama orang yang dzalim.
Dan ketiga, telah hilang rasa malu. Ketika rasa malu sudah hilang, yang tersisa adalah rasa rakus dan cinta dunia. Maka, semua aturan agama dan negara akan ditabrak. Kemudian kadilan dicampakkan, semua manusia dianggap rendah, bahkan aturan Allah pun dilawan.
Dari Mu’adz bin Jabal, dalam sebuah hadits Qudsi, disebutkan, “Hamba-Ku telah berlaku tidak adil terhadap diri-Ku. Dia meminta kepada-Ku, tetapi Aku malu untuk tidak mengabulkan keinginannya. Padahal dia tidak pernah malu bermaksiat kepada-Ku.”
Di sisi lain, Rasulullah mengingatkan, "Bila sudah hilang amanah, maka tunggulah terjadinya kiamat". Sahabat bertanya, "Bagaimana hilangnya amanah itu?" Beliau bersabda, "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat."
(HR. Bukhari).
Bagaimana dengan kepemimpinan politik Rasululllah SAW.? Beliau telah berhasil membuat Madinah menjadi sebuah negara yang berkeadaban dan berkemajuan melampaui zamannya. Dan Robert N. Bellah, sosiolog Amerika mengakuinya, “Masyarakat Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad merupakan masyarakat modern, bahkan terlalu modern melampaui zamannya, sehingga setelah beliau wafat.”
Simpulan
Sehebat apapun teori atau jargon yang digagas oleh manusia, ketika menyelisihi aturan Allah dan Rasul-Nya, tidak akan pernah memberkahi kehidupan rakyatnya.
Pemimpin yang memberkahi rakyatnya, adalah yang hidupnya bersahaja, tidak belaku zhalim atau tiran dan punya rasa malu ketika bertindak koruptif.
Fastabiqul khairat …..
-----------------------------------------------------------------
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 1 Dzulqa’dah 1445 H./10 Mei 2024 M. Pukul 05.10 WIB.