STEPS OF ACHIEVEMENT
Bismillaah
STEPS OF ACHIEVEMENT
Meraih sebuah prestasi menjadi dambaan dan cita-cita mulia bagi setiap orang, di tengah kehidupan modern yang sarat kompetisi dan penuh tantangan.
Prestasi bagi seorang Muslim bukan hanya capaian dalam bidang akademik, karir, bisnis, profesionalitas atau jabatan mentereng. Meski prestasi duniawi itu penting, tapi prestasi ukhrawi jauh lebih penting bagi seorang Muslim.
Untuk apa berpestasi di dunia, tapi bangkrut di ahirat. Tak terlalu penting bergelimang prestasi di dunia, tapi miskin amal di akhirat. Tidak ada artinya melimpah prestasi di dunia, tapi fakir bekal untuk akhirat. Bukankah kehidupan ukhrawi jauh lebih baik dari duniawi? (QS. 93:4).
Untuk meraih prestasi duniawi atau ukhrawi, ada langkah-langkah untuk mencapaainya (Steps of achievement). Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW., memberikan tiga resepnya, “Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan minta pertolongan kepada Allah serta jangan sekali-kali kamu merasa lemah.”
(HR. Muslim).
Seperti prestasi hidup Rasulullah SAW., para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan ulama berikutnya, sudah tidak diragukan lagi, bahkan sudah ditulis dengan tinta emas. Mereka adalah orang-orang yang paling sempurna akhlaknya, paling hebat taqwanya, paling dalam ilmunya, paling ikhlas amalnya, paling sabar hidupnya dan paling dermawan menolong sesamanya. Tips-nya dijelaskan berikut ini.
Pertama, Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat.
Dalam meraih sebuah prestasi, tidak melulu karena kecerdasan seseorang, tapi lebih ditentukan oleh kesungguhannya.
Berapa banyak orang berpestasi dalam pendidikan, bahkan sampai meraih gelar doktor, tapi tidak berprestasi hidupnya. Sebaliknya, meski tidak tamat SD, banyak orang yang berprestasi hidupnya, karena mereka bersungguh-sungguh dalam menjalaninya. Terlebih lagi mereka yang bersungguh-sungguh dalam menjalani ketaatannya kepada Allah, pasti sangat berprestasi di hadapan-Nya (QS. 29:69).
Kedua, Minta pertolongan kepada Allah.
Meski seseorang punya pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang banyak, pengalaman yang luas dan pergaulan yang tak terbatas, belum tentu berprestasi, mereka pasti punya keterbatasan dan kekurangan. Jangan pernah sombong dengan kemapuan diri sendiri, harus minta pertolongan kepada Allah (QS. 1:5).
Ketiga, Jangan sekali-kali merasa lemah.
Untuk meraih pretasi, terus melakukan pekerjaan sampai selesai dengan penuh semangat, jangan pernah menunda-nunda atau membiarkan pekerjaan terlalaikan begitu saja. Karena tidak pernah ada prestasi dapat diraih dengan cara bermalas-malasan
(QS. 94:7).
Selanjutnya, minimal ada delapan cara untuk meraih prestasi duniawi dan ukhrawi dalam ridha Allah. Pertama mengoptimalkan potensi yang dianugerahkan Allah. Kedua, memiliki motivasi berprestasi. Ketiga, memiliki sifat sabar. Keempat selalu berdo’a dalam kondisi sempit atau lapang. Kelima, mampu mengelola waktu dengan baik. Keenam, bersyukur atas semua nikmat Allah. Ketujuh, menjalin shilaturahmi atau membangun komunikasi luas. Dan kedelapan, memuliakan guru-guru.
Terakhir, kisah prestasi gemilang seorang Panglima Perang Islam, bernama Thariq bin Ziyad, ketika memimpin 7000 prajuritnya melawan 25.000 tentara musuh pimpinan Raja Roderick, Spanyol. Tentara Islam memenangkan peperangan ini di Spanyol Eropa. Akhirnya nama beliau diabadikan di selat tenggara Spanyol, dengan nama Jabal Thariq. Orang Barat menyebutnya Gibraltar.
Ada sebuah orasi keluar dari mulut Thariq bin Ziyad, “Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari? Orasi heroik itu dimaksudkan agar semua pasukan Islam membakar habis pilihannya untuk menjadi pegecut. Bagi mereka hanya dua pilihan, menang prang atau mati syahid.
Dari kisah di atas, Thariq bin Ziad, telah berhasil menghimpun tiga potensi hebat menjadi sebuah prestasi dahsyat, yaitu bersungguh-sungguh terhadap sesuatu yang mendatangkan manfaat, melibatkan pertolongan Allah dan tidak tidak patah semangat.
Simpulan
Perjalanan hidup seorang Muslim sangat ditentukan oleh prestasi yang diraihnya. Lebih khusus lagi prestasi ukhrawi, di samping duniawi -nya.
Hidup berprestasi menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap Muslim. Tanpa prestasi, umat Islam tidak pernah punya ‘izzah (kemuliaan) di mata umat lain.
Fastabiqul khairat …
-------------------------------------------------------------------
Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan, Jum’at Penuh Berkah, 27 Jumadil Ula 1446 H./29 Nopember 2024 M. Pukul 04.50 WIB.