TOP OF CONTEMPLATION
Bismillaah,
Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan
Prosesi Wukuf di Arafah menjadi rangkaian ritual ibadah haji yang sangat dinantikan, sebagai puncak perenungan (Top of contemplation) semua tamu Allah.
Wukuf artinya berhenti. Ketika itu, seluruh jama'ah haji berhenti dari segala aktivitas duniawi dan berdiam diri dalam tenda-tenda di padang Arafah untuk merenungkan diri, dengan kegiatan tilawah Qur’an, memanjatkan do’a, dzikir, munajat, hajat dan harap kepada Allah.
Di sisi lain, Allah sangat membanggakan orang-orang yang wukuf di Arafah di hadapan para Malaikat-Nya, “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu” (HR. Ahmad).
Begitu pula, keistimewaan hari Arafah ini adalah di mana semua do’a dan munajat hamba-hamba Allah menjadi yang paling baik dan paling cepat terkabul. Rasulullah bersabda, ”Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”
(HR. Tirmidzi).
Hari Arafah yang jatuh setiap tanggal 9 Dzulhijjah, menjadi puncak dari semua ritual ibadah haji. Wukuf di Arafah menjadi rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan. Tidak berhaji seseorang, jika tidak melakanakan wukuf. Sabda Rasulullah, “Haji itu Arafah.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Maka, Wukuf harus dimaknai sebagai sebuah simulasi hari kiamat. Di mana, semua manusia berkumpul di hadapan Allah SWT. untuk megikuti proses hisab atau perhitungan semua amal perbuatannya selama hidup di dunia.
Ibnul Qayyim mengatakan, "Sungguh agungnya hari perkumpulan itu. Seperti perkumpulan di hari kiamat. Namun hari kiamat itu lebih dahsyat dan kedahsyatannya sudah tidak diragukan lagi.” Firman Allah, “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi bagi Allah” (QS. 69:18).
Mereka akan dikumpulkan di bumi yang berbeda dengan bumi mereka di dunia, itulah padang Masyhar. Firman Allah, “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa” (QS. 14:48).
Wukuf di Arafah menjadi media refleksi kolektif. Jama’ah haji merenungi tentang apa yang telah dilakukan dan mengevaluasi diri tentang penyimpangan hidup dari tuntunan ilahi. Mereka juga mengoreksi diri atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, baik kesalahan individu maupun kolektif.
Di Arafah, umat Islam sedunia sedang mencari solusi bersama untuk memperbaiki hidup mereka. Di Arafah, umat Islam memang idealnya membuat komitmen bersama guna menciptakan kesejahteraan, kedamaian dan kejayaan Islam di waktu mendatang.
Menurut Ibnu Abbas, dinamakan dengan Arafah karena di tempat itulah manusia mengakui dosa-dosanya, kemudian mereka bertaubat, seperti taubatnya Adam dan Hawa kepada Allah. “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi"
(QS. 7:23).
Di Arafah, tak mengenal status sosial. Mereka berpakaian sama, tak beda siapa yang kaya dan yang miskin. Padang Arafah mengingatkan kita, bahwa yang membedakan derajat manusia adalah taqwanya. Dan kalau ada diskriminasi, itu memang manusia sendiri yang menciptakannya.
Kemudian, khutbah Arafah harus dimaknai sebagai sebuah konferensi internasional. Ibadah haji sejatinya adalah pertemuan internasional tahunan umat Islam. Dalam khutbah Arafah, disampaikan pesan-pesan aktual dan kritis terkini yang mendunia, yang sedang dihadapi umat Islam, bukan sekadar kegiatan ritual saja.
Di hadapan Allah, setiap jamaah haji harus jujur dan siap membuka lembaran kehidupan baru yaitu lembaran ketakwaan. Wukuf harus mampu merubah sikap, perilaku dan makna hidup. Seperti meninggalkan semua yang diharamkan Allah, sebagai simbol dari pakaian ihram yang mereka kenakan ketika wukuf.
Jadi, puncak perenungan, introspeksi, evaluasi dan muhasabah diri para tamu Allah ketika wukuf di Arafah, menjadi sempurnanya semua proses manasik haji yang mereka kerjakan selama berada di tanah haram untuk meraih predikat haji mabrur/hajjah mabrurah.
Simpulan
Puncak kontemplasi Arafah adalah pengakuan atas semua dosa dan kesalahan seorang Muslim selama hidupnya.
Arafah menjadi momentum pencerahan dan perbaikan diri untuk meraih hidup yang diridhai Allah.
Fastabiqul khairat …..
-----------------------------------------------------------------
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 7 Dzulhijjah 1445 H./14 Juni 2024 M. Pukul 04.20 WIB.