Warning Of Allah
Bismillaah…,
Warning Of Allah
Oleh : Nur Alam
(Ketua Majelis Dikdasmen Yasma PB Soedirman)
Salah satu peringatan Allah (warning of Allah) yang sering dialami makhluk-Nya di bumi ini adalah gempa bumi. Ini harus diyakini sebagai qudrat dan iradah Allah.
Seperti dua peringatan Allah yang sudah terjadi, yaitu Erupsi Gunung Semeru, di Lumajang (4/12/2021) dan Gempa Bumi yang baru saja terjadi di Cianjur (21/11/2022), menjadi bukti qudrat dan iradat Allah tersebut (QS. 57:22).
Peringatan Allah bisa berupa ujian, teguran atau azab. Ujian diberikan kepada orang yang beriman. Teguran diberikan kepada orang yang berdosa, kafir, munafik, musyrik, fasik dan sombong. Sedangkan azab, ditimpakan kepada suatu kaum yang dapat memusnahkan semua.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung berapi atau runtuhan batuan.
Sedangkan menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Apapun definisinya, sebagai Muslim harus berkeyakinan penuh bahwa semua peristiwa ini adalah “cara Allah untuk menguji iman, menghapus kesalahan, mengangkat derajat hamba-Nya dan banyak lagi hikmah lainnya.” (dari Aisyah RA, HR. Bukhari).
Sahabat Ali bin Abi Thalib, ketika mendapat ujian Allah, dia sangat bahagia dan ridha. Sebaliknya ketika mendapatkan kelapangan dia sangat gelisah. Mengapa demikian? “Tidaklah seorang ditimpa musibah melainkan akan datang kepadanya kebahagiaan, dan tidaklah seorang mendapatkan kebahagiaan melainkan akan datang kepadanya kesedihan,” jawabnya penuh inspirasi.
Ujian menimpa siapa saja, tidak pandang bulu. Orang miskin diuji, orang kaya pun demikian. Rakyat jelata diuji, para penguasa juga diuji. Bahkan, bisa jadi ujian yang dirasakan oleh penguasa dan orang-orang kaya lebih berat daripada orang miskin dan rakyat jelata.
Maka, berhuznudz dzan lah kepada Allah, bahwa di balik semua ujian yang menimpa kita, ada kebaikan dan hikmahnya. Justru jika ujian tersebut tidak datang dan menimpa, maka akan lebih buruk kondisi kita. “Dan boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia sangat baik bagi kalian” (QS. 2:216).
Bahkan, bisa jadi ujian yang kita sangat benci, akan mendatangkan banyak kebaikan. Seperti penegasan Allah, “Maka mungkin kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”
(QS. 4:19).
Dalam menghadapi ujian Allah, ada empat tingkatan manusia, seperti berikut ini.
Pertama, Marah dan Benci
Ketika menghadapi ujian dia marah, baik dengan hatinya seperti benci terhadap Rabb-nya dan marah terhadap taqdir Allah atasnya, dan kadang sampai kepada tingkat kekufuran (QS. 22:11).
Kedua, Sabar
Ketika menghadapi ujian dia merasakan hal ini berat baginya dan dia tidak menyukainya, tetapi dia hadapi dengan kesabaran, sebagaimana ucapan penyair, “Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya, akan tetapi akibatnya lebih manis dari madu.”
Ketiga Ridha
Ketika menghadapi ujian dia ridha, dan ini lebih tinggi dari yang dua sebelumnya. Jika diberi kenikmatan atau ujian, baginya sama saja. Bukan karena hatinya telah mati, tapi karena ridhanya yang sempurna kepada Rabb-nya, dan dia beraktivitas sesuai dengan kehendak Rabb-nya (QS. 9:59).
Keempat, Bersyukur
Ketika menghadapi ujian dia tetap bersyukur, ini derajat yang tertinggi. Dia bersyukur bahwa ujian dunia lebih ringan daripada ujian-ujian agama, azab dunia lebih ringan daripada azab akhirat dan ujian ini adalah sebab untuk dihapuskan dosa-dosanya (HR. Muslim).
Pesan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, “Ketika kita sedang diuji Allah, dengan ujian itu membuat kita kembali kepada Allah, semakin mendekat kepada-Nya dan mengantarkan untuk bersimpuh di depan pintu taubat-Nya, ketahuilah ini bukti kebaikan Allah untuk hamba-Nya.”
Simpulan
Ujian Allah apapun bentuknya, sebaiknya menginspirasi kita untuk lebih dekat dengan Allah, mengantarkan ke pintu taubat-Nya dan menggantinya dengan kebahagiaan yang membawa kelezatan dalam setiap beribadah kepada-Nya.
Kepedulian (ihtimam) kita, baik dalam bentuk do’a, donasi, fisik, pengobatan, menjadi relawan atau lainnya menjadi keniscayaan dan kemuliaan hati.
Fastabiqul khairaat
-----------------------------------------------------------------
Bumi Allah, 28 Rabi’ul Akhir 1444 H./23 Nopember 2022 M. Pukul 05.05 WIB.