IF YOU HAVE A DEBT



 

Bismillah,

 

                  IF YOU HAVE A DEBT

 

Oleh : Nur Alam

 

Ada sebuah joke yang sering terdengar, ‘Hari gini ga punya hutang, apa kata dunia?.’ Negara kita saja punya banyak hutang, apalagi kita rakyat kecil.

 

Dalam catatan IMF, memang ada negara yang tidak punya hutang sama sekali. Satu dari tujuh negara di dunia yang tidak memilki hutang adalah negara Brunei Darussalam. Begitu dahsyatnya syahwat hutang ini, sampai menjadi ‘hobby’ banyak negara, termasuk negara kita.

 

Saat ini, banyak sekali tawaran berhutang. Seperti kredit, pembiayaan dan cicilan adalah bagian dari berhutang. Kekinian paylater dalam berbagai platform digitalnya, juga bagian dari mekanisme hutang. Ada pula financial technology (fintech), juga ujung-ujungnya hutang atau kredit.

 

Apakah syariat Islam membolehkan berhutang? Berhutang dalam Islam dibolehkan (ja’iz) dengan persyaratan ketat. Maka, ketika kamu punya hutang (If you have a debt), wajib punya i’tikad baik dan kuat untuk melunasi sesuai janji, dan tidak dibenarkan untuk mengurangi dari kewajiban hutangnya.

 

Firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai (berhutang) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” Pada ayat berikutnya Allah tegaskan, “Dan janganlah dia mengurangi sedikit pun dari hutangnya” (QS. 2:282).  

 

Kebiasaan berhutang menjadikan hidup tidak tenang, bahkan menjadi terhina di mata manusia. Kecuali pertama untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak. Kedua, diniatkan untuk segera membayarnya. Jangan pernah menunda-nundanya dan akhirnya tergoda tidak mau melunasinya. 

 

Ketiga, dalam setiap transaksi hutang piutang harus ada saksi dan bukti tertulis. Hal ini agar terhindar konflik atau hal lain yang membuat hutang gagal bayar. Keempat, Jangan terjebak perbuatan ribawi, karena ini dosa besar dan dapat memiskinkan orang yang berhutang.

 

Dan kelima, kalau tidak mau dijuluki sebagai orang yang zhalim, maka segera lunasi hutang piutang. Apalagi sudah memiliki kemampuan membayar, jangan pernah dibiarkan sampai menumpuk-numpuk jumlahnya menjadi gunung.

 

Syariat Islam sangat-sangat serius dalam masalah hutang. Berikut ini beberapa dalil yang menegaskan tentang hutang piutang tersebut.

 

Pertama, Meninggal Masih Berhutang

Jangan sampai meninggal dunia dalam keadaan masih memiliki hutang. Karena Rasulullah SAW. tidak pernah mau menyalatkan jenazah yang masih memiliki hutang, kecuali setelah dilunasi (HR. Bukhari).

 

Kedua, Jiwa Masih Menggantung

Segerakanlah membayar hutang, karena hal ini menjadi pemberat dan jiwanya tidak diterima bumi, “Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya, hingga dia melunasinya” (HR. Tirmidzi).

 

Ketiga, Tidak Berniat Membayar Hutang

Siapa saja yang tidak punya keinginan membayar hutangnya, Rasulullah dengan tegas menjulukinya sebagai pencuri. “Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah pada hari kiamat dalam status sebagai pencuri” (HR. Ibnu Majah).

 

Keempat, Dosa Tidak Terampuni

Tidak mau membayar hutang adalah dosa, meski dia mati dalam keadaan Syahid. Karena hutang erat kaitannya dengan hak harta orang lain. “Semua dosa orang yang mati Syahid akan diampuni, kecuali orang yang masih berhutang” (HR. Muslim).

 

Kelima, Pemberat Hidup

Ibnul Qoyyim Rahimahullah mengatakan bahwa Rasulullah SAW. memohon perlindungan kepada Allah dari banyak hutang. Terutama beliau  memohon perlindungan dari delapan penjuru mata angin yang sangat terkenal. Karena hutang sangat memberatkan hidup seseorang dan pasti diminta tanggung jawabnya kelak di akhirat.

 

Bagaimana sebaiknya adab seorang yang berhutang? Pertama, harus bersyukur kepada Allah SWT. atas nikmat yang diberikan melalui pemberi pinjaman. Kedua, harus bersikap sopan, tidak boleh menipu, berbohong, menunda-nunda, atau melarikan diri dari tanggung jawab membayar hutang.

 

Ketiga, harus mendo’akan kebaikan bagi pemberi pinjaman. Tidak boleh membenci atau menyakiti orang yang telah meminjamkan. Dan keempat, harus menggunakan pinjaman tersebut dengan bijak dan tidak untuk gaya hidup konsumtif hedonistik.

 

Orang yang punya kebiasaan berhutang, akan mudah terjerumus dalam kebiasaan berdusta dan ingkar janji, bahkan sering tidak amanah.

 

Sebuah wasiat dari Umar bin Abdul Aziz, “Hutang menjadi penyebab kesedihan di malam hari dan kehinaan di siang hari.”

 

Kesimpulan

 

Berhutang itu urusan akhirat, karena bisa melenyapkan semua amal kebaikan di dunia ketika diabaikan, apalagi sampai lari dari tanggung jawab melunasinya.

 

Bertaubatlah kepada Allah atas dosa-dosa hutang piutang, kemudian memohon ampun dan rahmat-Nya, agar dimudahkan dalam melunasinya.

Wallahul Musta’an ….

-----------------------------------------------------------------

Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 15 Shafar 1445 H./1 September 2023 M., pukul 05.19 WIB.

 

Bagikan :