FUTURE LEADER OF UMMAH



Bismillah,

 

          FUTURE LEADER OF UMMAH

 

Oleh : Nur Alam 

 

Sembilan bulan lagi, perhelatan suksesi kepemimpinan tahun 2024 akan digelar di negara kita. Bagaimana sosok pemimpin umat terbaik (Future leader of ummah) kita?    

 

Partai-partai politik sibuk memilih kandidat terbaiknya. Mereka mulai melakukan konsolidasi untuk koalisi. Diprediksi, bulan Pebruari 2024, akan menjadi perhelatan menarik dan penuh kompetisi dalam hal gagasan, pemikiran, integritas, rekam jejak, ide-ide dan prestasi dari calon pemimpin.

 

Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling beririsan. Kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari perilaku pemimpinnya (leader behavior) Perpaduan ini menjadi kunci keberhasilan pengelolaan sebuah organisasi, daerah, wilayah, bahkan negara.

 

Banyak hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, mulai dari kapabilitas, akseptabilitas, kredibilitas, elektabilitas, populeritas dan integritas. Tidak cukup seorang pemimpin hanya bermodalkan elektabilitas dan populeritas, apalagi hanya finasial saja.   

 

Dalam Islam, sosok pemimpin ideal adalah yang siap menjadi teladan yang baik (pikiran, ucapan dan perbuatan) bagi rakyatnya, bahkan menjadi rahmat bagi semesta alam. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. 33:21).

 

Islam menggariskan minimal 4 sifat bagi seorang pemimpin ideal. Shiddiq, jujur, berintegritas dan berkomitmen tinggi. Tabligh, kemampuan berkomunikasi dan transparasi. Amanah, dapat dipercaya dalam menjalankan tugasnya. Dan, Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan implementasinya.

 

Dalam konteks Indonesia sebagai negara yang bukan negara Islam, tentu bukan menjadi halangan untuk menerapkan konsep atau spirit kepemimpinan Islam, mengingat bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam.

 

Konsep kepemimpinan Islam sama sekali bukan momok mengerikan bagi kelompok-kelompok non-Muslim, bahkan itu menjadi sebuah rahmat dan karunia sebagaimana telah ditunjukkan Rasulullah SAW. ketika diamanahi menjadi pemimpin di kota Madinah.

 

Spirit kepemimpinan dalam Islam terletak pada garis pertanggungjawaban seorang pemimpin di hadapan Allah, bukan hanya di hadapan rakyatnya. Dengan demikian hadir sebuah kesadaran spiritual dalam setiap tingkah lakunya, bukan hanya kesadaran untuk pencitraan agar rakyat merasa simpatik dan popularitas terdongkrak karenanya.

 

Di lain pihak, Islam sama sekali tidak mentolerir politik "Manis di janji pahit di bukti". Seorang pemimpin Muslim harus memiliki komitmen dan integritas membawa rakyatnya menikmati hak-hak kemanusiaan, persatuan, keadilan sosial sebagai terpatri dalam sila-sila Pancasila, yang semakin hari semakin terlupakan oleh gaung reformasi dan demokrasi Indonesia yang kebablasan.

 

Imam Ghazali menjelaskan, sedikitnya ada 4 kriteria dalam memilih pemimpin, yaitu najdat atau memiliki cukup kekuatan dan berwibawa, kifayah atau mampu menyelesaikan segala persoalan, wara' atau sikap hidupnya bersih dari keserakahan, dan ‘alim yang bermakna memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas.

 

Kemudian, seorang Muslim harus prioritas pada 5 hal dalam memilih pemimpinnya. Pertama, tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman sebagai pemimpin bagi orang-orang Muslim (QS. 4:144). Kedua, tidak mengangkat pemimpin dari orang-orang yang mempermainkan syariat Islam (QS. 5:57).

 

Ketiga, pemimpin harus mempunyai keahlian di bidangnya, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. (HR Bukhari dan Muslim).

 

Keempat, pemimpin harus mencintai dan dicintai rakyatnya, mendo’akan dan dido’akan oleh rakyatnya. Sabda Rasulullah, “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdo’a untuk mereka dan mereka berdo’a untuk kamu.” (HR Muslim).

 

Kelima pemimpin harus mengutamakan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari’at, berjuang menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah (QS. 5:8). Dan keenam, pemimpin harus memiliki sifat-sifat Allah yang terkumpul dalam Asma'ul Husna dan sifat-sifat Rasul-Rasul-Nya (QS. 7:180).

 

Simpulan

 

Jangan jatuh dua kali dalam lubang yang sama. Maka, kita hanya memilih pemimpin yang memilki gagasan, pemikiran, integritas, komitmen, rekam jejak dan prestasi nyata saja.

 

Semakin umat Islam cerdas dan rasional dalam memilih pemimpinnya, semakin besar peluang Indonesia memiliki pemimpin terbaik yang berkualitas pada 2024 nanti.

-----------------------------------------------------------------

Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 7 Dzulqa’dah 1444 H./26 Mei 2023 M. Pukul 05.19 WIB.

 

Bagikan :