THE HAVE AND THE HAVE NOT



 

Bismillaah,

        THE HAVE AND THE HAVE NOT 

 Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan

 

Semua ibadah yang Allah syariatkan kepada hamba-Nya, banyak terkandung nilai-nilai sosial, seperti zakat, shadaqah, waqaf, puasa, ‘aqiqah dan qurban.

 

Momen hari raya ‘Idul Adha sangat identik dengan ibadah kurban atau menyembelih hewan ternak sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan di jalan Allah.

 

Salah satu pesan moral terpenting dari ibadah kurban adalah agar tidak ada jarak antara orang berpunya dan tidak berpunya (The have and the have not).

 

Berkurban di samping mendidik kita untuk mengikis habis sifat kebinatangan dalam diri kita, juga mengajarkan bahwa kekayaan itu adalah titipan Allah. Sehingga ada dua pertanyaan tentang harta ini di hari kiamat nanti, “Dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan?,” dari Ibnu Mas’ud, diriwayatkan oleh Tirmidzi.  

 

Secara historis, syariat berkurban ini diperankan oleh seorang hamba Allah, yaitu Nabi Ibrahim yang dengan ketaatannya bersedia mengorbankan putra kesayangannya atas perintah Allah, yang pada akhirnya digantikan dengan seekor domba sebagai bentuk ujian keimanan dan pengorbanan beliau (QS. 37:107).

 

Perintah berkurban dalam Al-Qur’an disebutkan dalam QS. 108:2, QS. 22:34-36 dan QS. 37:102-107, ditambah lagi penjelasan dari Nabi dalam haditsnya yang bisa kita pelajari dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan dalam Kitab-Kitab Sunan dan Kitab Musnad dan lainnya.

 

Karena pentingnya ibadah ini bagi setiap Muslim yang berpunya (the have) untuk orang yang tak berpunya (the have not), Rasulullah tegas mengingatkan, “Barangsiapa yang memilik kelapangan rejeki untuk berqurban tapi tidak menunaikannya, maka jangan pernah mendekati tempat shalatku (mengaku umatku).” (HR. Ibnu Majah).

 

Lebih jauh lagi, minimal ada tiga makna dalam berkurban. Pertama, berkurban merupakan bentuk kesediaan manusia untuk mengorbankan hartanya di jalan Allah. Kedua, ibadah ini dilakukan untuk membantu kaum dhuafa’, khususnya fakir dan miskin. Ketiga, menjadi spirit atau motivasi untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

  

Adapun beberapa keistimewaan Ibadah Qurban, seperti berikut ini.

 

Pertama, Ibadah qurban sangat dicintai Allah. Seperti dari ‘Aisyah, Rasulullah bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (HR. Imam Tirmidzi). 

 

Kedua, Menjadi ibadah yang penuh makna bagi banyak orang dan diri sendiri di hadapan Allah. Terlebih, ibadah qurban memiliki nilai filosofis yang mendalam tentang taqwa dan pengorbanan kepada Allah. Sehingga, tak ada taqwa tanpa pengorbanan bagi seorang hamba di hadapan Allah 

(QS. 22:37). 

 

Ketiga, Menebar kebaikan dan manfaat untuk banyak orang, khususnya yang jarang mendapatkan gizi makanan yang baik. Daging qurban yang dibagikan untuk orang yang membutuhkan, menjadi sebuah kenikmatan berbagi dalam suasana berhari raya.

 

Jadi, ibadah qurban adalah momentum untuk membuktikan bahwa diri kita siap untuk berempati, peduli dan saling berbagi kepada sesama, terutama untuk mereka yang sangat membutuhkan dan hidup yang serba pas-pasan. 

 

Dalam konteks yang lebih luas, hari ini, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan masih banyak menimpa kehidupan umat Islam di belahan dunia ini. Kondisi seperti ini tidak pastas terjadi, ketika pesan, makna dan ajaran berkurban benar-benar telah membumi.   

 

Harus diakui, bahwa pemahaman umat Islam tentang makna penting berkurban belum membumi. Faktanya, masih banyak mereka yang taat beribadah ritual dan hidup sangat berkecukupan, tapi tidak atau belum memiliki empati untuk menyisihkan hartanya bagi kepentingan kaum dhu’afa.

 

Padahal, harta mereka adalah milik Allah yang dipinjamkan sementara. Allah mengingatkan, ”Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebahagian dari hartamu yang Allah telah meminjamkan-Nya kepadamu” (QS. 57:7).

 

Simpulan 

 

Makna berkurban sejatinya adalah siap berbagi dari orang berpunya (the have) kepada yang tak berpunya (the have not) dari harta yang dititipkan Allah.

 

Sebagai bukti bahwa ajaran berkurban telah membumi adalah ketika sudah tidak ada lagi orang-orang yang hidupnya serba kekurangan  (dhu’afa). 

Fastabiqul khairat …..

----------------------------------------------------------------

Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 22 Dzulqa’dah 1445 H./31 Mei 2024 M. Pukul 05.15 WIB.

 

Bagikan :