021-88875365 0821-2224-1232 SPMB ONLINE TEST ONLINE PRESENSI
Hero

Sekolah Unggul dengan Layanan Berbasis Islam dan Internasional

Mencetak generasi berkarakter, berprestasi, dan bertaqwa.

Daftar Online SPMB

VENTING CULTURE

Sabtu, 11 Okt 2025 · Kategori: artikel · Kata kunci: VENTING CULTURE PANGSOED2BEKASI
VENTING CULTURE

Bismillaah,

 

                  VENTING CULTURE

 

Dalam interaksi sosial keseharian kita, hampir tiada hari tanpa hadirnya media sosial untuk menyampaikan pesan, pikiran, narasi, atau sekadar curhat kepada orang lain.

 

Seperti via Facebook, muncul pesan ‘What’s on your mind?.’ Di Twitter, ada pesan, ‘What’s on your thought?' Ada pesan, ‘Add your status,’ kata WhatsApp. Juga ada pesan, ‘Add your story,’ ucap Instagram.

 

Semua platform digital tersebut menyuruh kita bercerita kepada manusia tentang aktivitas keseharian kita. Padahal Al-Qur’an menyuruh kita hanya bercerita kepada Allah. "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya". (QS. 12:86).

 

Dan tidak ada pesan atau cerita yang lebih baik, kecuali yang hanya mengajak ke jalan Allah saja, “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

(QS. 41:33).

 

Dari ayat di atas, menegaskan kepada kita bahwa ketika mau bercerita kepada orang lain, apalagi via media sosial, tidak semua hal bisa disampaikan. Hanya seruan menuju Allah, beramal shaleh, dan amalan yang mengantarkan kepasrahan kepada Allah, yang boleh disampaikan kepada orang lain sebagai bagian dari aktivitas dakwah di jalan Allah. 

 

Seperti dalam kesendirian, ketika tidak ada seorangpun yang mengetahui problem kita, kecuali kita dengan Allah, itulah puncak dari sebuah kebahagiaan. Juga ketika tidak ada seorangpun yang mengetahui dalamnya duka kita, sedih susahnya kita, kecuali Allah. Karena hanya Allah yang dapat mengatasi itu semua, “Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan". (QS. 12:18).

 

Budaya bercerita tentang banyak hal kepada orang lain tidak boleh berlarut. Kita harus belajar membiasakan diri berkeluh kesah hanya kepada Allah. Selama masih ada manusia di kanan kiri kita, jangan pernah berkeluh kesah. Karena, harga diri manusia itu teruji ketika istighna’uhu ‘anin nas (merasa tidak butuh kepada manusia).

 

Aqidah seorang Muslim yang paling mahal adalah ketika tidak mudah mengeluh atau curhat kepada manusia. Mengeluh atau curhat itu hanya kepada Allah. Sedangkan kepada manusia, itu musyawarah atau diskusi tentang problem untuk mencari solusi terbaik. Dan tidak semua manusia bisa diajak diskusi, melainkan orang yang berakal dan peduli kita.

 

Ibnul Jauzi, pernah menasehati kita bahwa mengeluh kepada makhluk adalah suatu hal yang dibenci. Kata beliau, “Para salaf dahulu membenci mengeluh kepada makhluk, meski ketika mengeluh tersebut kadang ada ketenangan sesaat. Hal tersebut menunjukkan lemahnya iman dan kerendahan. Bersabar atas musibah menunjukkan kuatnya iman dan kemuliaan seseorang”

 

Mengapa dibenci? Karena mengeluh kepada makhluk itu menunjukkan seseorang ‘mengeluhkan perbuatan (takdir) Rabb-nya kepada sesama makhluk. Dan semua yang terjadi adalah takdir Alah. Kita harus ridha dengan semua takdir-Nya. “Siapa saja yang ridha atas takdir-Nya, maka Allah akan meridhainya. Dan barangsiapa yang murka, maka Allah murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi).

 

Rasulullah SAW., pernah mengeluh kepada Allah, ketika dakwahnya diabaikan, Al-Qur’an dicampakkan, bahkan mereka mengatakan bahwa Al-Quran adalah bualan Muhammad yang tukang sihir. Beliau mengadu hal ini kepada Allah, “Ya Tuhanku!, kaumku ini sesungguhnya telah mengabaikan Al-Qur’an”. (QS. 25:30).

 

Begitu pula dengan Nabi Ya’qub, pernah mengeluh,”Sesungguhnya aku mengeluhkan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah,” (QS. 12:86). Dan Nabi Ayyub juga pernah mengeluh, “Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau (Allah) adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang,” (QS. 21:83).

 

Dan Rasulullah SAW. mengingatkan kita, “Barangsiapa yang tertimpa kesusahan kemudian mengadu kepada manusia, maka kesusahannya tidak akan teratasi. Dan barang siapa tertimpa kesusahan kemudian mengadu kepada Allah, maka Allah akan memberi jalan keluar dari kesusahan, cepat atau lambat.”

(HR. Tirmidzi).

 

Mengeluh kepada Allah tidak menafikan kesabaran atau bentuk ketidakterimaan, tapi justru akan menguatkannya. Sedangkan, mengeluh kepada manusia, apalagi dengan berlebihan hanya akan menambah masalah baru dan membuat hati tambah gelisah.

 

Menghidari diri dari budaya bercerita kepada orang lain (Venting culture), menjadi bagian dari aqidah seorang Muslim yang termahal dan akhlaknya yang sangat terpuji.  

 

Kesimpulan

 

Prestise seorang Muslim terukur ketika merasa tidak butuh kepada manusia. Semua bentuk curhat hanya pantas diadukan kepada Allah. Jauhkan budaya bercerita kepada manusia, kecuali untuk berdiskusi mencari solusi.

Wallahul musta’an …

-----------------------------------------------------------------

Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan, Jum’at Penuh Berkah, 18 Rabi’ul Akhir 1447 H./10 Oktober 2025 M. Pukul 05.05 WIB.

Butuh bantuan?