NO PAIN, NO GAIN



 

Bismillaah,

Oleh : Nur Alam

Dalam hitungan dua puluhan hari lebih, umat Islam akan memasuki bulan haji (Dzulhijjah), satu dari empat bulan yang sangat dimuliakan Allah (’Arba’atun hurum).

 

Rasulullah bersabda, “Dalam setahun itu terdapat dua belas bulan. Empat di antaranya adalah bulan yang dimuliakan, yaitu Syawwal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Rajab.” Sebagiman firman Allah, “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, di antaranya (terdapat) empat bulan haram”

(QS. 9:36).

 

Di bulan haji, ritual Sa’i menjadi salah satu rukun Haji dan Umrah, yaitu berjalan cepat dari bukit Shafa ke Marwah, tujuh kali bolak-balik. Jadi Sa'i bermakna ‘berjalan’ atau ‘berusaha’ untuk meraih kehidupan yang diridhai dan diberkahi Allah.

 

Maka, jangan pernah berharap dapat meraih sukses dalam cita-cita, ketika tidak dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh. Karena, tidak akan ada hasil tanpa usaha (No pain, no gain).  

 

Seperti kisah Siti Hajar ketika ditinggal suaminya, Nabi Ibrahim As., di tempat tandus yang tidak ada kehidupan manusia. Siti Hajar yakin bahwa Allah akan menolongnya. Ia berjalan cepat antara bukit Shafa dan Marwa 7 kali untuk mencari air. Akhirnya, ia melihat pancaran air dari tanah yang terkena hentakan kaki Ismail dan berteriak ‘Zam-zam’. Inilah air kehidupan, yang dikenal dengan Air Zam-zam.

 

Siti Hajar, seorang budak berkulit hitam menjadi sosok wanita shalehah, tangguh, kuat dan mandiri dalam setiap usahanya, karena dia yakin bahwa Allah tidak berdiam diri. Dari kisah ini, sejatinya kita harus ‘men-sa’i-kan’ diri ini dalam semua aktivitas kehidupan kita. 

 

Sa’i yang dimulai dari Shafa, yang bermakna kesucian dan ketegaran serta mengisyaratkan kita untuk memulai sesuatu dengan kebersihan niat dan kegigihan. Dan diakhiri di Marwa, yang bermakna kehormatan dan kebaikan. Bukankah kehormatan dan kebaikan seseorang terletak pada usahanya dengan niat yang bersih?

 

Begitu mulianya pesan moral ritual ini, telah mengajarkan kita untuk berusaha dalam menjalani kehidupan ini dengan semangat kerja ikhlas, keras, cerdas, tuntas dan berkualitas. Pesan Allah, “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya” (QS. 53:39).

 

Berikut ini cara-cara kita memaknai ritual Sa’i dalam konteks hidup kekinian.

 

Pertama, ritual Sa’i harus dimaknai sebagai perjuangan diri (mujahadatun nafs), dengan pantang menyerah apalagi putus asa. Bahwa hidup ini harus dijalani dengan penuh ikhtiar, sabar, tawakkal dan do’a untuk meraih cita-cita mulia di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia (QS. 29:69). 

 

Kedua, ritual Sa’i adalah sebuah pencarian dalam gerak fisik yang diperagakan dengan berlari-lari kecil sebanyak tujuh kali. Hal ini menggambarkan bahwa usaha adalah manifestasi dari ibadah itu sendiri. Maka harus dilakukan berulang-ulang, berkelanjutan dan bersungguh-sungguh karena Allah (QS. 6:162).

 

Ketiga, ritual Sa'i bermakna usaha yang sungguh-sungguh atau ikhtiar maksimal atau perjuangan mempertahankan hidup. Prosesi ini menjadi simbol yang menggambarkan perjuangan manusia untuk survive dalam mempertahankan eksistensi hidupnya yang tak kenal henti (QS. 94:7).

 

Keempat, dalam konteks Sa’i yang bermakna berusaha, bekerja atau berikhtiar, Rasulullah menjadi role model yang profesional dalam hal ini. Beliau pernah menjadi penggembala, pedagang dan petani. Beliau mengajarkan, "Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang ketika bekerja dilakukan dengan profesional" (HR. Thabrani).

 

Tapi, sehebat atau seprofesional apapun dalam berusaha, bekerja atau berikhtiar, bukanlah kita yang menentukan hasil. Hasilnya berapa, mengapa dan bagaimana, ada dalam genggaman Zat Yang Maha Mengurus kita.

 

Maka, spirit dari ritual Sa’i ini sangat mendidik kita tak kenal lelah berusaha, bekerja atau berikhtiar untuk menghadirkan masyarakat yang berkeadaban dan berkemajuan (civil society).

 

Simpulan

 

Prosesi ritual Sa’i menunjukkan gerak optimisme, spirit juang, ikhtiar syar’i dan berpasrah kepada Allah Yang Maha Mengurus hamba-Nya.

 

Karena tidak ada hasil tanpa usaha, maka dengan men-sa’i-kan diri ini, Allah yang akan mengurus apa saja yang sudah kita usahakan. 

Fastabiqul khairat …..

----------------------------------------------------------------

Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 15 Dzulqa’dah 1445 H./24 Mei 2024 M. Pukul 05.20 WIB.

 

Bagikan :