SOCIAL EXPERIMENT



 

Bismillaah,

 

               SOCIAL EXPERIMENT

 

Oleh : Nur Alam

 

Eksperimen sosial (social experiment) adalah proyek penelitian yang dilakukan melalui interaksi sosial antar manusia dalam kegiatan mereka sehari-hari.

 

Biasanya, masyarakat umum mengenal ekseprimen sosial ini sebagai sebuah prank, seperti berpura-pura menjadi orang miskin, orang marah, orang sakit, atau minta dibantu dan lainnya.

 

Seperti sedang viral di media sosial hari ini, sebuah komunitas orang-orang baik berkeliling mencari orang-orang baik pula yang perlu dibantu. “Terima kasih nak, atas bantuan ini, semoga Allah membalas kebaikan kalian dan memberkahi hidup kalian,” ucap penerima bantuan.

 

Kominutas orang-orang baik tersebut membalas, “Ini bantuan dari teman-teman baik kami, untuk disampaikan kepada Ibu/Bapak orang-orang baik pula, semoga dapat membantu dan bermanfaat ya Ibu/Bapak.”

 

Subhanallah, sungguh pintu-pintu kebaikan itu sangat banyak sekali. Rasulullah mengingatkan kita, “Kullu ma’rufin shadaqah,” artinya Setiap kebaikan adalah shadaqah.

(HR. Bukhari).

 

Bentuk eksprimen sosial dari komunitas orang-orang baik lewat media sosial yang mereka viralkan bukanlah sebuah pamer atau riya’, melainkan sebuah tahadduts bin ni’mah, untuk memotivasi dan mengedukasi masyarakat luas agar ikut berempati. Firman Allah, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS. 93:11).

 

Dari ayat di atas, Allah menegaskan kepada kita untuk banyak bershadaqah kepada kaum fakir, miskin dan dhua’fa, mensyukuri, menyebut-nyebut dan mengingat nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita.

 

Menyebut-nyebut nikmat Allah bukanlah untuk membangga-banggakan diri, tetapi untuk mensyukuri dan mengharapkan orang lain ikut mensyukuri pula nikmat yang telah diperolehnya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah berpesan, “Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, dia tidak mensyukuri Allah. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

 

Kebiasaan orang-orang bakhil dan pelit selalu menyembunyikan harta kekayaannya untuk mencari-cari alasan agar tidak bershadaqah dan selalu mengeluhkan kekurangannya. Sebaliknya, orang-orang yang baik (Muhsinin), senantiasa menampakkan pemberian dan pengorbanan mereka dari harta kekayaan yang dianugerahkan Allah untuk disyukuri dan disiarkan.

 

Tahadduts bin Ni’mah merupakan ekspresi dari rasa mensyukuri nikmat, dengan syarat untuk bersyukur, agar diikuti oleh orang lain dan selamat dari sifat riya’ atau pamer. Pesan Hasan bin Ali RA., “Apabila kamu melakukan suatu kebaikan, maka ceritakanlah kebaikan tersebut kepada sahabatmu, agar mereka mengikuti perbuatanmu tersebut”.

 

Al-Qurthubi dalam tafsirnya juga berpendapat, “Siarkan nikmat Allah dengan cara bersyukur kepada-Nya, memuji-Nya, dan menceritakannya. Hal tersebut karena mengakui akan nikmat yang telah diberikan-Nya merupakan wujud ungkapan mensyukurinya”.

 

Apa bedanya tahadduts bin ni’mah dengan riya’? Riya’, adalah memperlihatkan (memamerkan) ibadah supaya dilihat dan dipuji manusia. Perbedaannya terletak pada niat, apakah ingin dipuji manusia atau ditambah nikmatnya oleh Allah? Ketika ingin dipuji manusia, maka termasuk riya’. Ketika ingin bersyukur kepada Allah dan ditambah nikmatnya, maka termasuk tahadduts binni’mah.

 

Sangat penting untuk direnungi oleh para pegiat media sosial yang gemar memamerkan semua bentuk aktivitasnya di media sosial, yaitu bahwa semua aktivitas yang mereka viralkan, akan dihisab dan ditanya satu persatu oleh Allah kelak.

 

Hanya ada 3 hal saja yang tidak dihisab Allah. Pertama, sepotong makanan untuk sekedar menahan rasa lapar. Kedua, sehelai pakaian untuk sekedar menutup aurat. Ketiga, seonggok rumah untuk sekedar berlindung dari panas dan dinginnya cuaca. (HR. Imam Ahmad).

 

Sebuah konfirmasi dari Lembaga Psikologi Indonesia, bahwa hampir 80% orang yang hobi selfie di dalam mobil, pesawat, mall, resto atau memosting momen-momen yang diperlihatkan di tempat-tempat spesial, adalah mereka yang sedang butuh pengakuan diri (self confession) kalau mereka masih eksis.

 

Kesimpulan

 

Sosial eksprimen dalam bentuk Tahadduts bin Ni’mah, menjadi pesan inti surat Adh-Dhuha, dan boleh disiarkan kepada para sahabat dekat yang tsiqah (dapat dipercaya), untuk diikuti, bukan untuk riya.’

 

Nikmat bersyukur dapat diraih dengan berbagi, bukan dengan pamer diri. Kepedulian kepada sesama adalah sebuah ekspresi syukur yang tulus, bukan perilaku pencitraan diri.

Fastabiqul khairaat ….

------------------------------------------------------------------

Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 15 Syawwal 1444 H./5 Mei 2023 M. Pukul 05.13 WIB.

 

Bagikan :