SOCIAL STATUS ACCESSORIES



 

Bismillaah,

        SOCIAL STATUS ACCESSORIES

 Oleh : Dr. H. Nur Alam, MA | Praktisi Pendidikan

 

Ihram adalah rukun pertama dalam haji atau umrah, yaitu berniat untuk melakukan manasik haji/umrah dengan meninggalkan semua larangannya.

 

Ketika terjadi pelanggaran oleh orang yang sedang berihram, maka wajib baginya membayar fidyah, puasa atau memberi makan orang miskin.

 

Meneladani Rasulullah ketika berihram, beliau memakai dua helai kain tidak berjahit, diutamakan kain yang berwarna putih. Seperti sabda beliau, “Sebaik-baik pakaian kalian adalah yang putih, maka kenakanlah dan kafanilah mayat kalian padanya”

(HR. Ahmad).

 

Dari mana memulai ihram? Rasulullah dan para sahabatnya memulainya dari Dzulhulaifah (Bir ‘Ali, di Madinah). Seperti hadits dari Ibnu Umar RA., bahwa  “Rasulullah SAW. berihram mulai dari sisi masjid Dzulhulaifah”

(HR. Bukhari dan Muslim).

 

Ada dua pesan moral penting ketika berihram ini. Pertama, harus melepaskan simbol-simbol status sosial (Social Status Accessories), mulai dari pangkat, jabatan, gelar, suku, kasta, kekayaan dan seterusnya. Dan kedua, kain ihram yang dua helai, serba putih tidak berjahit, itu mengingatkan pakaian kematian bagi setiap Muslim.     

 

Kekinian, banyak orang berebut mengejar pangkat, jabatan dan kekayaan dengan berbagai cara. Dunia benar-benar menjadi orientasi hidup mereka. Peringatan Allah, "Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah" (QS. 35:15).

 

Rasulullah pun sangat khawatir umatnya terjebak dengan pesona dunia yang menipu. ”Yang aku takuti untukmu adalah dunia akan dihadirkan untukmu seperti yang telah disajikan untuk mereka yang sebelum kamu, lalu kamu akan berebut untuk itu, dan itu akan menghancurkanmu, sama seperti itu menghancurkan mereka” 

(HR. Ibnu Majah).

 

Juga pesan tegas Ali bin Abi Thalib untuk berhenti mengejar dunia, karena ada tiga ujian berat yang menyertainya, “Tiadalah cinta dunia itu menguasai hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni cita-cita tak berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak lepas dari kelelahan“.

 

Ada tiga langkah untuk menanggalkan semua aksesoris syahwat dunia itu. Pertama, sadari betul bahwa kehidupan dunia hanya sementara dan kehidupan akhirat yang kekal. Kedua, semua aksesoris dunia yang dikejar itu ada pertanggung jawabannya kelak. Dan ketiga, hadirkan dalam diri ini sikap zuhud dari dunia.

 

Adapun cara berzuhud seperti pertanyaan sabahat kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah meajawab, ”Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah).

 

Ibnul Qayyim Al-Jauzi juga memberi nasehat, “Dunia ini ibarat bayangan, kejar dia dan engkau tak akan dapat menangkapnya. Balikkan badanmu darinya, dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu”.

 

Pesan moral berikutnya, seseorang yang hendak ihram, dimulai dari miqat dengan niat untuk berihram, maka dia harus melepaskan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya, diganti dengan dua helai kain berwarna putih tanpa jahitan.

  

Siapapun orangnya, apakah dia kaya atau miskin, pemimpin atau rakyat, harus mengenakan dua helai kain tersebut. Model pakaian ini mengingatkan kita, bahwa setiap kita akan mengenakan kain kafan tersebut ketika sudah dijemput ajal.

 

Maka, untuk prosesi setiap Muslim yang meninggal dunia, dimandikan, dipakaikan kain kafan serba putih dan dishalatkan. Terakhir, jenazah dimasukkan ke liang kubur. Ketika itu, semua keluarga dan hartanya meninggalkannya, hanya amal kebaikan yang menemaninya.

 

Ingat nasehat Rasulullah yang diriwayakan Tirmidzi, “Perbanyaklah kalian untuk mengingat pemutus kelezatan-kelezatan (kematian).” Sedangkan nasehat dari Ibnu Mas’ud, “Dan cukuplah kematian seseorang menjadi nasehat berharga untuk kalian.”

 

Jadi, ketika hidup seseorang diorientasikan untuk akhiratnya, Allah akan berikan kecukupan di dalam hatinya. Sebaliknya, ketika hidupnya difokuskan untuk dunia saja, Allah akan hadirkan kondisi serba kekurangan di pelupuk matanya.

 

Simpulan

 

Ihram bukan hanya sekadar pakaian dan niat untuk manasik, tetapi juga menjadi cara meraih kehidupan yang lebih bermakna tanpa simbol-simbol sosial.

 

Fokuskan diri untuk banyak mengingat kematian dan siapkan bekal terbaik untuk kematian tersebut, kapan dan di mana pun ajal menjemput.

Fastabiqul khairat …..

-----------------------------------------------------------------

Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 29 Dzulqa’dah 1445 H./7 Juni 2024 M. Pukul 05.15 WIB.

Bagikan :