Selamat datang di SMA Islam PB Soedirman 2 Bekasi

DONT WANT TO BE PRANKED AGAIN

 

Bismillaah,

 

  DONT WANT TO BE PRANKED AGAIN

 

Oleh : Nur Alam

 

Jangan mau dikerjain lagi (Dont want to be pranked again). Karena seekor keledai saja tidak mau (dikerjain) terjatuh dua kali ke dalam satu lubang yang sama.

Narasi prank hari-hari ini sangat populer dan sudah tidak asing lagi bagi kita. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya orang yang mengunggah konten prank ini di media sosial hingga youtube.

Prank adalah sebuah trik yang dilakukan kepada seseorang, yang bertujuan untuk membuat orang lain tertawa. Prank juga bertujuan untuk membuat korbannya kaget, tidak nyaman atau keheranan.

Khusus dalam tulisan ini, prank bermakna jangan main-main dengan jebakan-jebakan yang akan menyesatkan kita, baik pikiran, ucapan atau perbuatan, terutama dalam kontestasi pemilihan pemimpin bangsa kita 2024, yang tinggal 12 hari lagi.  

Kita tidak boleh lagi terjebak dengan berbagai janji-janji kampanye yang menggiurkan, tidak terjebak lagi dengan intimidasi, tidak terjebak lagi dengan tekanan-tekanan dan jangan mau lagi ditakut-takuti. Karena benar-benar netralitas sudah tidak ada lagi. Aturan KPU yang disepakati sudah ditabrak-tabrak.

Seperti yang sedang viral hari ini, pejabat negara boleh berkampanye, boleh memihak, yang penting tidak menggunakan fasilitas negara. Padahal lebih elegant dan terhormat lagi, mundur saja kalau mau mendukung salah satu paslon. Kita benar-benar sudah di- prank dengan netralitas. Mereka takut kalah, panik dan hilang akal sehatnya.

Sebuah ibrah dari Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah. Beliau menolak tegas ketika anaknya, Abdullah, diusulkan oleh para sahabat untuk menjadi seorang gubernur di Kufah. "Cukuplah seorang saja dari keluarga Umar yang akan menghadapi hisab karena urusan kekuasaan, yaitu Umar bin Khattab," begitu jawabnya singkat. 

Para sahabat mendesaknya lagi, "Akan tetapi, sungguh anakmu adalah orang yang bertakwa dan adil. Apakah dosa dirinya jika dia ditakdirkan sebagai anak seorang khalifah? Ataukah ini dosa kaum muslimin yang merasa bahagia ketika anakmu menjadi gubernur buat rakyat Kufah?"

Menurut Umar bin Khattab, Abdullah anaknya, bukanlah satu-satunya Muslim yang adil dan bertaqwa. Masih banyak Muslim lain yang adil dan bertaqwa di luar sana. Beliau menjauhkan keluarganya untuk menerima privilege atau hak istimewa, karena akan membuka peluang untuk mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan orang lain. Inilah yang hari ini disebut dengan politik dinasti atau oligarki (nepotisme).

Mengapa Umar bin Khattab bersikap sangat tegas? Karena beliau berprinsip bahwa siapa saja yang memberikan jabatan kepada seseorang dikarenakan hubungan kekeluargaan (nepotisme), dan dia tak mengangkatnya, kecuali atas dasar hal itu semata, maka dia benar-benar telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan kaum Muslimin.

(QS. 8:27). 

Ikhwani, kita berkontestasi bukan hanya untuk target menang. Menang atau kalah itu urusan Allah. Kita berjuang karena ini bagian dari jihad mengajak orang banyak untuk memilih pemimpin yang jujur dan amanah. Kita hanya diminta untuk berikhtiar ikhlas dan totalitas. Rasulullah bersabda, “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (al-Haq) di hadapan penguasa yang zhalim.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Pesan pengamat politik, Eep Saifullah Fatah, “Diperlukan hanya satu hari saja, ketika perlawanan kita menengaskan bahwa kita tidak bisa seenaknya diintimidasi. Tidak ada satupun orang lain meskipun punya kekuasaan yang besar membuat kita terintimidasi, hari itu adalah 14 Februari 2024.”

Sudah lima kali kita ikuti pemilu sejak reformasi, kita tidak merasa khawatir dengan isu-isu kecurangan. Mengapa hari ini kita begitu sangat khawatir? Karena ada suasana ketidakpercayaan pada pemilu kali ini. Maka, inilah esensinya perubahan, dengan perubahan ini akan memberikan kepercayaan kepada negara, pemerintah dan aparatnya untuk melayani rakyat, bukan mengintimidasi rakyat.

Di sisi lain, kepemimpinan dalam Islam itu memiliki sifat rahmah. Meski berdasar atas nilai-nilai Islam, namun kepemimpinan Islam itu untuk semua, termasuk bagi mereka yang berbeda keyakinan. Hal ini sudah dipraktikkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya ketika di Madinah (QS. 21:107).

 

Simpulan

 

Hidup berbangsa yang merdeka adalah ketika kita tidak ditakut-takuti, tidak dintimidasi atau dipaksa lagi untuk mengikuti aturan yang menyelisihi syariat Allah.

Rasa khawatir itu sering muncul karena ada susana ketidakpercayaan. Maka hanya dengan semangat perubahan, kita akan terbebas dari segala bentuk intimidasi apapun.        

والله المستعان لناولكم جميعا ...

-------------------------------------------------------------------

Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 21 Rajab 1445 H./2 Februari 2024 M. Pukul 05.10 WIB.

 

Bagikan :

Komentar

Tambah Komentar (0)

Batal

Balas Komentar

Komentar Berhasil diterbitkan
Komentar tidak dapat diterbitkan Silakan coba lagi..!
Alamat email yang anda masukkan salah..!
Alamat web yang anda masukkan salah..!
Kode Captcha yang anda masukkan salah...!
Bidang tidak boleh ada yang kosong....!

File Download
Youtube
Polling